Oleh : Ratih Pramudyaningrum SKep Ners

RUMAH Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman terus berupaya mengembangkan mutu pelayanan. Pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu prioritas. Khususnya bagi tenaga kesehatan. Dokter dan perawat. Hal itu guna mewujudkan salah satu misi RSUD Sleman. Sebagai wahana pendidikan dan penelitian.

Dalam rangka itu RSUD Sleman rutin mengadakan pelatihan perawatan luka. Pelatihan ini diadakan karena dalam dekade ini perkembangan perawatan luka cukup pesat.

Adapun pelatihan perawatan luka diaksanakan di ruang Auditorium Gedung Pelayanan Terpadu RSUD Sleman pada 24 Oktober 2018.

Pelatihan ini diikuti seluruh perawat RSUD Sleman. Mulai perawat ruang rawat inap dewasa, rawat jalan, instalasi bedah sentral, IGD, dan ICU. Pelatihan digelar selama sehari. Menghadirkan narasumber yang sangat berpengalaman dalam bidang perawatan luka di RSUD Sleman. Yaitu dr Heri Setyanto SpB, Hari Prasetya AMd, dan Haryono SST. Dr Heri Setyanto SpB adalah dokter spesialis bedah. Hari Prasetya AMd merupakan perawat mahir dalam perawatan luka. Sedangkan Haryono SST seorang fisioterapis.

Pelatihan kali ini bertema “Perawatan Luka Modern Dressing.” Perawatan luka modern dressing dipilih sebagai salah satu alternatif perawatan luka konvensional.

Materi yang diberikan pada pelatihan perawatan luka berisi metode menilai luka dan pemilihan balutan yang sesuai. Serta latihan otot yang bisa dilakukan pada pasien. Untuk mempercepat penyembuhan luka. Selain paparan teori, para peserta pelatihan juga mengikuti workshop. Untuk mempraktikkan teknik penilaian luka dan cara perawatan luka dengan modern dressing. Serta latihan aktivitas otot pada pasien secara langsung.

Peserta pelatihan sangat antusias. Terlebih perawatan luka merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai setiap perawat kesehatan. Khususnya guna memberikan asuhan kepada pasien.

Selain merawat luka secara tepat, setiap perawat harus bisa menciptakan kenyamanan pasien. Saat melakukan tindakan perawatan luka.

Perawatan luka dengan modern dressing terdiri atas tiga prinsip tindakan. Antara lain: mengangkat jaringan mati (debridemen), pengendalian bakteri, dan penyerapan cairan (eksudat).

Pengangkatan jaringan mati sangat penting dalam perawatan luka modern dressing. Sebab, jaringan yang mati akan menghambat penyembuhan luka.

Pengendalian bakteri dapat dilakukan mengunakan bahan-bahan yang mengandung antibiotik. Atau balutan antimikroba. Penyerapan cairan pada pasien menggunakan bahan untuk balutan berdaya serap tinggi. Sehingga bisa mengendalikan cairan yang merembes pada luka.

Perawatan luka metode modern dressing banyak manfaatnya. Di antaranya, saat dilakukan perawatan luka pasien tidak akan merasakan nyeri. Perawatan ini juga lebih efisien karena penggantian balutan dapat dilakukan 3-4 hari sekali. Sedangkan penggantian balutan pada perawatan konvensional dilakukan setiap hari. Selain itu penyembuhan luka dengan metode modern dressing 30 persen lebih cepat sembuh. Dibandingkan metode perawatan luka konvensional.

Perawatan luka modern dressing sangat diperlukan pada luka – luka kronis. Misalnya pada luka diabetes (luka gangrene), luka kanker, atau luka pada area yang tertekan bagi pasien yang tirah baring.

Luka diabetes adalah luka yang paling sering dilakukan perawatan di RSUD Sleman. Selain kebutaan, serangan jantung, dan stroke, luka diabetes merupakan salah satu dari komplikasi penyakit diabetes melitus (DM).

Perawatan luka pada pasien yang menderita luka diabetes harus dilakukan secara tepat. Jika tidak akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan jaringan tubuh pasien. Yang berakibat harus dilakukan tindakan amputasi.

Menurut WHO, pada 2015 Indonesia adalah negara yang menempati peringkat ketujuh di dunia dengan jumlah penderita penyakit diabetes melitus terbanyak. Daerah Istimewa Jogjakarta merupakan provinsi dengan angka kejadian penyakit diabetes melitus paling tinggi di Indonesia. Mencapai 2,6 persen. Dari total penduduk.

Jumlah penderita diabetes melitus meningkat setiap tahunnya. Pada 2007 sekitar 5,7 persen. Meningkat menjadi 6,7 persen pada 2013 (Riskerdas, 2018).

Menanggapi fenomena ini RSUD Sleman segera membuka klinik kaki. Sehingga komplikasi pasien yang menderita diabetes mellitus, berupa luka diabetes, tidak sampai harus diamputasi. Perawatan luka secara tepat dapat mengurangi kecacatan pada pasien yang mengalami luka kronis. (*/yog/fj/mg3)