Akhirnya, resmi Ayat-Ayat Cinta 2 (AAC2) punya saingan! Film ini bersaing di banyak lini dengan film yang sempat  jadi buah bibir itu. Lebih-lebih dari segi obral serba kebetulan dalam ritme plotnya.

Singkat cerita, film ini tentang pasutri Hanum dan Rangga yang sedang diuji rumah tangganya dengan tes tentang komitmen masing-masing  dalam menjalankan perannya sebagai suami dan istri (saat itu paling tidak di film tampak absen momongan) saat tinggal di Apel Besar, kota pemenuh hasrat ambisi dan impian.

Karakter Hanum yang, pokoknya, seorang muslimah terkenal di New York sebagai penyelamat citra muslim saat pascatragedi 911 ini adalah roda penggerak film. Akan tetapi, sedihnya sepanjang durasi film saya tak berhasil menemukan elemen mana yang membuat saya percaya bahwa dia adalah orang yang gema advokasi mulianya benar-benar signifikan.

Untungnya pemeran Hanum di sini adalah Acha Septriasa, coba kalau diperankan oleh aktris lain yang aura ekspresi wajahnya cenderung menyebalkan. Bisa jadi film ini jatuhnya macam memfilmkan karakter berwatak emak-emak nyalain lampu sein ke kiri tapi belok motornya ke kanan, tapi maunya dikenal sebagai jurnalis-aktivis muslimah pembersih citra muslim.

Plot yang linier sistematis berjalan lancar jaya dari satu titik ke titik kebetulan lainnya. Membuat film ini seolah-olah nggak mau kalah saing dari ruh serba kebetulannya sinetron.  Saya membatin “ini berdasarkan kisah nyata atau terinspirasi dari kisah sinetron?” Satu semangat korps dengan AAC2, film ini bersatu padu mendobrak tatanan intelektualitas plot film.

Terakhir, satu hal yang paling membuat saya prihatin dengan adanya film ini adalah segi urgensinya. Di luar sana masih banyak kisah-kisah inspiratif yang lebih menggetarkan dan menggerakkan, tapi kenapa ini yang difilmkan? Semoga produser film2-fil Indonesia lainnya selalu mengantongi satu pertanyaan sederhana ini. (ila)

*Penulis adalah penggemar film dalam negeri dan penikmat The Chemical Brothers yang bermukim di Jogja Utara.