SLEMAN – Ikatan Keluarga Timor Tengah Utara di Yogyakarta (IKTTUY) mengecam pembantaian pekerja pembangunan di Nduga, Papua. Mereka menuntut pemerintah tegas atas aksi tersebut karena termasuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat.

Perwakilan IKTTUY, Yasintus Olla, 30, mengatakan sudah ada bukti kuat terjadi pelanggaran HAM. Bahkan kelompok kriminal bersenjata (KKB) telah mengakui aksi sadis tersebut. Pembantaian keenambelas warga sipil tersebut, menurut dia merupakan aksi kriminal terhadap HAM.

“Secara pribadi maupun organisasi, kami mengutuk tindakan itu. Meminta aparat mengusut aksi kekerasan di Papua,” kata Yasintus ditemui sela aksi di bawah Flyover Janti, Senin (10/12).

Yasintus mengatakan, salah satu korban, Emanuel Beli Naikteas Bano, adalah kerabat mereka. Bahkan Emanuel sempat belajar di Fakultas Teknik Sipil UAJY. Emanuel tercatat sebagai karyawan kontrak PT. Istaka Karya.

Dalam aksi tersebut seluruh peserta membawa foto Emanuel. Tidak hanya melibatkan IKTTUY, aksi juga mengajak lintas elemen masyarakat. Mereka juga menggelar aksi doa bersama.

Aksi berlangsung dari pagi hingga sore. Setidaknya ada beberapa kelompok yang bergantian menyuarakan aspirasi. Baik doa bersama maupun penyampaian aspirasi.

“Kegiatan ini bertepatan dengan peringatan Hari HAM Sedunia. Bagi kami, aksi di Nduga jelas pelanggaran HAM dan harus disuarakan,” tegas Yasintus.

Inisiator kegiatan, Ermalindus Albinus Joseph Sonbay, 36, mengenal dekat almarhum Emanuel. Dia memastikan, warga NTT tersebut adalah warga sipil. Dia juga membantah Emanuel adalah TNI.

Hal ini guna menjawab pernyataan juru bicara Tentara Nasional Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom. Sebby meyakinan bahwa seluruh korban adalah personel TNI.

“Dia (Emanuel) sipil, 100 persen sipil. Hidup di Jogjakarta sudah 13 tahun dan sempat membuka café di Babarsari. Sebelum ke Papua, kami sempat satu kontrakan,” jelas Sonbay.

Sonbay menyayangkan statemen Sebby. Terbukti bahwa data intelejen yang menjadi dasar pembantaian tidak tepat. Sonbay mendorong pemerintah bergerak cepat.

Sonbay sempat berkomunikasi dengan Emanuel. Dalam percakapan tersebut, Emanuel tercatat masih sebagai mahasiswa Teknik Sipil UAJY. Kala itu korban mengaku tengah merampungkan skripsinya.

Emanuel telah bekerja di PT Istaka Karya selama satu tahun tiga bulan. Selama kurun waktu itu, korban fokus pada pembangunan infrastruktur di Papua. Perannya sebagai pengawas.

“Menurut info, almarhum hari ini (kemarin) baru dikebumikan di kampung halamannya di Timor Tengah Utara NTT,” ujar Ermalindus. (dwi/iwa/fn)