KULONPROGO – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kulonprogo, Akhid Nuryati mendesak Dinas Perdagangan Kulonprogo tegas menata zonasi pedagang Pasar Bendungan. Pascaterbakar dua tahun silam, pedagang belum ditempatkan di pasar yang diharap mampu menjadi penyangga New Yogyakarta International Airport (NYIA) ini.
“Coba lihat data riil di lapangan. Data Dinas coba dicocokkan dengan data pedagang. Silakan disimulasikan dulu. Semua harus ditata supaya pasar nyaman dan banyak dikunjungi,” kata perempuan politisi kawakan PDI P ini saat memimpin audiensi pedagang pasar Bendungan dengan Dinas Perdagangan Kulonprogo di Ruang Nakula, DPRD setempat Jumat (21/12).
Dinas harus mengedepankan asas keadilan menata pedagang. Regulasi tidak harus kaku penerapannya. Ide memajukan Pasar Bendungan juga datang dari pedagang.
“Ambil alternatif terbaik sebelum pedagang ditempatkan di pasar yang baru. Dinas harus tegas dan berpedoman asas keadilan. Utamakan pedagang yang aktif berjualan pascakebakaran. Tidak ada klaim-klaiman kios, harus adil,” jelas Akhid.
Jumlah pedagang sebelum kebakaran 122 orang. Jumlah kampling yang tersedia saat ini (pasar baru) 96 unit. Tidak semua pedagang akan tertampung. Sementara yang aktif berjualan ingin kembali ke tempat semula dengan penataan lebih baik (tidak dicampur).
“Jika di kemudian hari ada yang protes, kami siap mendampingi Dinas Perdagangan menyelesaikannya. Pedagang yang diatur juga harus nurut,” ujarnya.
Belasan pedagang pakaian Pasar Bendungan, Kecamatan Wates, mengadu ke DPRD Kulonprogo, Rabu (19/12). Mereka ditemu Akhid didampingi Ketua Komisi III DPRD Kulonprogo, Aji Pangaribawa. Dewan juga mengundang Kepala Dinas Perdagangan Kulonprogo Krissutanto dan Kepala Pasar Bendungan untuk mencari solusi terbaik.
Salah seorang pedagang, Tatik mengungkapkan, dia mendengar informasi, arah pengembangan Pasar Bendungan sebagai pasar wisata. Penyangga NYIA.
“Jika itu rencananya, perlu menampilkan ikon Pasar Bendungan yang menarik. Saya belum lihat kemajuan ke arah itu,” ungkap Tatik.
Penanganan Pasar Bendungan terbilang cepat. Biasanya membangun pasar yang terbakar perlu proses panjang. Pasar Bendungan, ibarat puing apinya belum padam, pasar sudah dibangun.
Pasar Bendungan Baru harus lebih baik. Minimal dilakukan zonasi dan penempatan lapak yang pas. Jangan dicampur, bisa terkesan kumuh.
“Dulu dicampur. Antara pedagang pakaian, sembako, dan sayuran. Saat ini harus ditata. Penetapan zonasi harus lebih awal. Agar tidak menimbulkan persoalan,” ujarnya.
Pedagang lain, Tri Wartini mengatakan, selama dua tahun dia menempati pasar darurat. Tri mengatakan dagangannya sepi pembeli. Omzet penjualan menurun drastis.
“Kami berharap penataan menggunakan zonasi. Jangan dicampur. Blok sisi timur, lantai bawah, bisa untuk pedagang pakaian,” katanya.
Pangaribawa mengatakan, penataan pedagang harus tegas sejak awal. “Perlu komunikasi pedagang dan Dinas terkait. Satukan pendapat dan cari pilihan terbaik,” katanya.
Krissutanto menyatakan, pihaknya mengikuti masukan Dewan. Yakni melakukan simulasi sebelum penempatan pedagang di Pasar Bendungan Baru.
“Semoga Pasar Bendungan bisa kembali ramai,” katanya. (*/tom/iwa/fn)