JOGJA – Ada sejak April 2017, S1 Biokewirausahaan hadir sebagai program studi (prodi) baru di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Jogjakarta. Prodi ini memiliki visi menjadi penyelenggara Biokewirausahaan yang inovatif. Serta menjadi prodi yang unggul dan terdepan di Asia Tenggara tahun 2037.
“Pada dasarnya, Biokewirausahaan itu gabungan dari dua bidang keilmuan. Yakni kewirausahaan dan biologi,” ujar Kaprodi Biokewirausahaan Muhammad Rifqi Ma’arif ST, MEng, saat ditemui Radar Jogja.
Oleh sebab itu, konsep pembelajaran yang diajarkan yakni berupa technopreneurship. Dalam konsep itu, entrepreunership (kewirausahaan) melibatkan produk inovatif berteknologi tinggi (hi-tech). Atau, memanfaatkan hi-tech secara inovatif untuk mengirimkan produk kepada konsumen.
Sementara itu, ada pula konsep life sciences yang merupakan cabang dari sains. Konsep itu melibatkan studi ilmiah terhadap organisme hidup dan proses-proses kehidupan. Seperti mikro-organisme, tanaman, dan binatang. Termasuk pula manusia di dalamnya. Sehingga fokus pembelajaran dari prodi tidak jauh dari bidang pertanian.
“Melalui konsep-konsep tersebut diharapkan mahasiswa tak hanya mampu menciptakan produk berbasis biologi. Tapi juga bisa menjualnya,” ungkap Rifqi. Konsep technopreneurship serta life sciences itu diakui menjadi keunggulan dari Prodi Biokewirausahaan. “Ini yang mungkin tidak dimiliki prodi- prodi konvensional lainnya,” ujarnya.
Tak hanya memiliki konsep yang dinamis, Prodi Biokewirausahaan juga mengusung satu sub tema yang tengah menjadi tren. Namanya Precision Agriculture. Melalui tema itu diharapkan konsep-konsep teknologi yang telah dirancang dapat diimplementasikan. “Ada banyak faktor yang memengaruhi hasil pertanian. Seperti cuaca hingga keadaan tanah,” ujar Rifqi. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan dan memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan produk yang optimal.
Berada di bawah Fakultas Teknik dan Teknologi Informasi (FTTI), Prodi Biokewirausahaan ingin mencetak lulusan yang andal. Bukan sekadar paham tentang bisnis, mahasiswa dituntut untuk mengerti bagaimana proses produksi hingga kualitas dari produk yang diolah.
Meski saat ini Prodi Biokewirausahaan sedang dalam proses penerimaan mahasiswa baru, yakni tahun ajaran 2019/2020. Prodi ini telah menyiapkan secara matang mata kuliah yang diajarkan. Hingga konsentrasi yang dapat dipelajari lebih jauh oleh mahasiswa. “Kami sementara ini memiliki konsentrasi agribisnis. Konsentrasi tersebut nantinya dengan sentuhan disiplin ilmu teknologi dan informasi,” katanya.
Ada pun beberapa mata kuliah yang diajarkan memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Seperti mata kuliah Strategi Pendanaan Start Up dan Start Up Bisnis. “Mahasiswa akan dibekali dengan ilmu yang berkaitan dengan perusahaan pemula. Itu mengarahkan mahasiswa agar bisa punya usaha sendiri,” jealsnya. Lalu ada juga mata kuliah Biotourism. Pada mata kuliah 2 SKS itu diharapkan mahasiswa mampu mengolah, membuat, dan mengemas produk yang berkaitan dengan aspek pariwisata.
Rifqi mengungkapkan, pada dasarnya Prodi Biokewirausahaan menyasar mahasiswa di daerah-daerah. Di mana potensi pertaniannya bisa diolah menjadi produk andalan. Serta, menyasar mahasiswa yang memiliki keinginan atau visi untuk menjadi wirausahawan.
Hadirnya Prodi Biokewirausahaan itu tak hanya sekadar menjalankan imbauan dari pemerintah. Yakni terkait pendirian prodi-prodi yang inovatif. Lebih dari itu, pihak kampus juga ingin bisa mengejar (catch up) dengan kebutuhan dan tren yang ada saat ini. “Karena kebutuhan akan life sciences sampai kapan pun akan tetap ada,” tutur Rifqi.
Sebagai prodi baru, Rifqi berharap animo masyarakat terhadap Biokewirausahaan tinggi. Terlebih menjelang tahun ajaran baru 2019/2020. (cr9/laz)