ANGGOTA Komisi D DPRD DIY Danang Wahyu Broto mengapresiasi kegiatan wayang cakruk yang diinisiasi Dinas Sosial DIY. Wayang cakruk merupakan media sosialisasi melalui sarana budaya.
“Ini cukup bagus sebagai media srawung (bergaul, Red) dan guyub (rukun, Red) antarwarga. Wayang cakruk kanggo srawung lan guyub sak lawase (untuk bergaul dan rukun sepanjang masa, Red),” ujar Danang di sela menghadiri pentas wayang cakruk di Dusun Kemusuk Kidul, Argomulyo, Sedayu, Bantul pada Sabtu (16/2) malam.
Danang menilai, wayang cakruk telah menjadi media peragaan yang cukup efektif dan bisa diterima warga. Ini karena wayang cakruk menjadi sarana pengendalian sosial. Kritik sosial disampaikan lewat humor. “Wayang juga menanamkan solidaritas sosial, sarana hiburan dan pendidikan,” katanya. Dia setuju penyuluhan sosial dengan sarana wayang cakruk terus dilanjutkan. “Frekuensinya juga bisa diperbanyak,” sarannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi menyatakan, wayang cakruk merupakan pementasan dengan wayang berwujud gambaran manusia masa kini. Cerita yang disampaikan berupa penutura perjalanan hidup manusia. Dari kisah masyarakat yang terpinggirkan hingga seputar elite-elite kekuasaan.
Untung ingin, pagelaran wayang cakruk dapat dinikmati dan bisa menjadi tuntunan bagi masyarakata yang sadar dan peduli dengan persoalan sosial. Selain itu dapat menambah wawasan. “Kami banyak melakukan sosialisasi masalah sosial menggunakan media wayang cakruk ketimbang melalui dunia maya atau media sosial (medsos),” terang Untung.
Dikatakan, menangani masalah sosial di DIY, pihaknya secara khusus memberikan penyuluhan ke masyarakat. Selama ini penyuluhan dilakukan melalui berbagai media. Mulai media cetak, elektronik hingga media seni. “Wayang cakruk bagian dari bentuk sosialisasi melalui media seni,” tuturnya.
Untuk menambahkan, pihaknya selalu menggunakan wayang cakruk dengan durasi 60 menit. Penokohan wayang cakruk merupakan wayang dengan dimodifikasi menyesuaikan tema yang diangkat dalam penyuluhan tersebut. Misalnya, materi penyuluhan tentang gelandangan dan pengemis, maka tokoh wayang yang tampil ada yang menggambarkan seperti pengemis.
Sejumlah materi penyuluhan wayang cakruk antara lain soal narkoba, populasi lanjut usia, anak berurusan hukum, kerawanan bencana hingga angka kemiskinan di DIY. Selain itu ada materi disabilitas dan pemberdayaan kesejahteraan sosial. “Juga masalah-masalah sosial lainnya,” lanjut Untung.
Di sisi lain, wayang cakruk menjadi salah satu kesenian budaya yang sudah memasyarakat di DIY. Wayang cakruk menjadi media sosialisasi bagi masyarakat menyangkut masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.
Dalam pagelaran wayang cakruk di Pedukuhan Timpang, Desa Pengasih, Pengasih, Kulonprogo yang berlangsung pada Sabtu (9/2) malam. Acara itu mendapatkan sambutan hangat masyarakat. Ada sejumlah pesan moral disampaikan dalang Ki Damar Sumarno dari Desa Karangtengah, Wonosari, Gunungkidul.
” Dadi wong kuwi aja mung tukang njaluk nagging piye carane dadi wong kuwi isa mapakke diri pribadine (Jadi orang itu jangan menjadi tukang peminta minta, tapi jadilah orang yang bisa mengerti dengan kondisimu, Red),” pesannya. (kus/mg4)