MAGELANG – Atraksi budaya Tionghoa dan Jawa mewarnai perayaan Cap Go Meh di Kota Magelang. Mereka ditampilkan dalam pawai budaya yang mengambil start di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) atau Kelenteng Liong Hok Bio menuju Jalan Pemuda-Jalan Mataram-Jalan Sriwijat-Jalan Majapahit-Jalan Singaluh dan kembali menuju kelenteng. Dalam pawai ini pengamanan dilakukan Polres Magelang Kota dan Banser Kota Magelang.

“Ini sudah rutin kami lakukan tiap tahun. Selain untuk menjaga kondusivitas wilayah, kami juga ingin menciptakan suasana aman, nyaman, damai dan lancar. Jadi tidak ada masalah, kami dari Banser ikut mengamankan pawai Cap Go Meh,” kata Komandan Satkorcab Banser Kota Magelang Agik Sapardan Selasa.

Pawai budaya dibuka oleh mobil patroli polisi yang kemudian diikuti rombongan pasukan pembawa bendera Merah Putih, lambang Garuda Pancasila, drum band, rombongan lampion dan liong TITD. Di belakangnya ada boneka Cenggeh dan Fu lu so yang disusul mobil hias dari Paguyuban Umat Beriman Magelang (PUBM). Setelah itu tampil kesenian topeng ireng, grasak, warok bocah, soreng, dolalak, wushu, jathilan pithik walik, butho ngosek, turonggo warsito joyo dan reog.

“Dalam pawai Cap Go Meh, kami memang melibatkan masyarakat luas dan mengundang kesenian-kesenian daerah di sekitar Magelang. Budaya Tionghoa ini sudah ratusan tahun menyatu dengan Indonesia. Jadi, kita lestarikan terus jangan sampai luntur,” tutur Ketua Yayasan Tri Bhakti Magelang Paul Chandra Wesi Aji atau biasa disapa Awe.

Sebelum pawai, umat Tri Dharma melakukan doa bersama agar Pemilu 17 April 2019 berlangsung aman dan damai. “Kami tidak lupa mendoakan, apalagi menjelang pilpres, pileg dan sebagainya pada 17 April. Kami doakan agar Indonesia dalam melaksanakan pilpres itu aman, damai, tidak ada apa-apa, rukun semua dan bersatu,” ungkap Awe.

Cap Go Meh merupakan akhir dari perayaan Imlek dan rutin dilangsungkan di setiap kelenteng. “Cap Go Meh sudah rutin puluhan tahun, mungkin malah ratusan tahun diadakan di semua kelenteng-kelenteng. Cap Go Meh artinya akhir dari perayaan Imlek. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan dan karunia-Nya,” jelasnya.

Warga pun sangat antusias menyambut pawai itu di pinggir kanan dan kiri Jalan Pemuda Kota Magaleng. Bahkan di sepanjang toko yang dilewati itu barongsai mengambil angpao yang telah digantung, baik di depan maupun di dalam toko.

“Itu sudah tradisi. Maknanya, kalau yang dilewati (toko-toko) memasang angpao biar rezekinya lebih melimpah. Itu kepercayaan kami,” tegas Awe.
Ketua Panitia Cap Go Meh 2019 Gunawan mengatakan, perayaan Cap Go Meh memang selalu dinantikan oleh masyarakat Kota Magelang dan sekitarnya. Tidak hanya dari kalangan Tionghoa saja yang merayakan Imlek, tapi juga masyarakat secara umum.

Pada malam harinya juga dilangsungkan beragam atraksi kesenian di area kelenteng mulai pukul 18.00. Di sini penonton bisa menyaksikan aksi para pemain barongsai dan liong yang biasanya menaklukkan tantangan di atas tiang-tiang tinggi.

“Sebagai puncak acara sudah kami siapkan kembang api yang kalau cuaca mendukung akan dinyalakan sekitar pukul 22.00. Selanjutnya kami tutup kegiatan ini dengan sembahyang bersama,” tandas Gunawan. (dem/laz/mg2)