MAGELANG – Warga Kota Magelang sangat bahagia. Fakta tersebut terungkap dari survei Indeks Kebahagiaan Hidup (IKH).
Survei IKH menyebutkan masyarakat Kota Magelang pada 2018 memiliki angka 72,79. Artinya sangat bahagia. Angka tersebut dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pemkot Magelang.

IKH dikumpulkan berdasarkan tiga variabel penelitian. Meliputi tingkat kepuasan hidup, indeks perasaan, dan indeks makna hidup.
“Survei dilakukan pada 320 orang dari 320 keluarga koresponden. Tersebar di 17 kelurahan di Kota Magelang,” kata Kasubbag Penelitian Ekonomi dan Prasarana Wilayah, Balitbang Pemkot Magelang, Didin Saepudin, Minggu(4/3).

Dikatakan, responden pada survei adalah kepala rumah tangga atau pasangannya. Selain itu, segmentasi responden ditambah dengan kategori remaja, tingkat pendidikan, dan keluarga miskin.
Penyajian data disegmentasi berdasarkan kategori tersebut. Besarnya indeks masing-masing IKH berasal dari Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 70,21 persen, Indeks Dimensi Perasaan sebesar 75,28, dan Dimensi Makna Hidup sebesar 73,15.

Kata Didin, kepuasan hidup di atas 50 persen menunjukkan warga puas dengan kondisi objektif kehidupan mereka. “Indeks dimensi perasaan di atas 20 persen menunjukkan warga sensitif menjalani kehidupan sehari-hari,’’ kata Didin.
Sedangkan indeks dimensi makna hidup di atas 50 persen artinya masyarakat kian memaknai kehidupan. ‘’Tingkat kebahagiaan penduduk berdasarkan pasangan sudah menikah sebesar 79,08 persen. Sedangkan yang belum menikah sebesar 83,06 persen,’’ kata Didin.

Indeks kebahagiaan berdasarkan kategori umur, kurang dari 24 tahun sebesar 74,74 persen. Rentang umur 25-40 tahun 73,23 persen. Rentang umur 41-64 tahun 71,11 persen. ‘’Rentang umur di atas 65 tahun sebesar 69,64 persen bahagia,” ujarnya

Pendidikan tinggi memicu kebahagiaan keluarga atau individu. Berdasarkan data, lulusan S2 dan S3 menduduki peringkat pertama dengan indeks kebahagiaan mencapai 86,41 persen.

Lalu S1 dengan 77,98 persen, SMA 76,57 persen, SMP 71,30 persen, SD 67,65 persen. Sedangkan bagi yang tidak pernah sekolah memiliki porsi terkecil dalam tingkat kebahagiaan yakni 65,34 persen.

“Simpulan sederhana, kategori usia lanjut memiliki tingkat kepuasan dan kebahagiaan paling rendah ketimbang usia produktif,’’ katanya.
Tingkat pendidikan berpengaruh para ukuran kebahagiaan seseorang. Semakin tinggi sekolah, tingkat kebahagiaan juga tinggi. ‘’Kalau pendidikan rendah, sangat rendah kebahagiaannya,” kata Didin.

Hasil survei tersebut merupakan cara Kota Magelang melaksanakan pembangunan tepat sasaran. Diharapkan, program pemerintah dijalankan berdasarkan data ilmiah.

“Indeks kebahagiaan merupakan standar baru dalam mengukur kemajuan pembangunan. Saat ini, Kota Magelang sedang berupaya mengedepankan program pembangunan yang seimbang. Antara fisik dan mental,” ungkap Didin.
Dia mencontohkan, program akan berbeda berdasarkan kelompok usia atau berdasarkan besaran penghasilan. Program kepada warga miskin akan berbeda dengan program untuk menengah ke atas.

Didin memberi saran, pemerintah perlu membedakan program. Berdasarkan wilayah dan tingkat pendidikan masyarakat.

“Yang tak kalah penting adalah perhatian di bidang pendidikan. Karena semakin tinggi pendidikannya, akan berpengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) dan tingkat kebahagiaannya,” tandas Didin.
Pihaknya akan mendorong metode tersebut bisa digunakan untuk menerjemahkan dampak kebahagiaan itu. (dem/iwa/zl/mg2)