MAGELANG – Pencari kerja yang dilatih di Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Pemkot Magelang didorong hingga mampu lolos dalam uji kompetensi. Setelah lolos, mereka bakal dapat sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang bisa dilampirkan saat mendaftar kerja. Sertifikat ini akan memudahkan job seeker untuk bisa memasuki dunia kerja level nasional.

“Di BLK, setiap tahun kami punya anggaran dari APBD dan APBN untuk mengadakan pelatihan,” kata Kepala Disnaker Pemkot Magelang, Gunadi Wirawan. Setiap paket jurusan fokus untuk 16 orang peserta. Pada jurusan tertentu akan sampai pada uji kompetensi, peserta akan dapat sertifikat BNSP.

Dijelaskan, peserta yang telah mengikuti uji kompetensi dan mengantongi sertifikat terampil BNSP akan mudah diterima bekerja di berbagai perusahaan otomotif nasional seperti AHAS. Keahlian mereka dipastikan tidak diragukan lagi. Ini sesuai dengan slogan Kota Magelang sebagai Kota Jasa. Peluang atau pasar tenaga kerja terbuka luas bagi masyarakat untuk membuka jasa seperti perbengkelan, tata rias dan tata boga. “Kami utamakan peningkatan kompetensi,” kata dia.

Setiap tahun BLK membuka enam jurusan pelatihan yakni menjahit, otomotif, tata boga, tata rias, komputer, dan bahasa asing. Pelatihan ini terbuka untuk masyarakat, khususnya usia produktif, sesuai dengan minat dan keahlian masing-masing. Keberadaan BLK merupakan upaya Pemkot Magelang untuk menekan pengangguran,  dengan meningkatkan keahliannya. Penganggur atau pencari kerja rata-rata karena skill-nya lemah, kompetensi rendah, dan mentalnya tidak terdidik di lingkungannya. Sehingga menjadi kelemahan. ”Nah, kelemahan-kelemahan itu menjadi tugas kami untuk dilakukan pelatihan,” jelasnya.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 November 2018 lalu, angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Magelang 2018 menurun dari sebelumnya 6,88 persen pada 2017 menjadi 4,88 di 2018. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Magelang meningkat dari 65,32 persen di 2017 menjadi 68,64 persen di 2018. Dihitung berdasarkan rumus jumlah angkatan kerja dibagi jumlah penduduk usai kerja dikalikan 100 persen.”Angka ini merupakan angka penurunan tertinggi di Jawa Tengah,” ujarnya.

Salah satu peserta pelatihan otomotif, Ahmad Rifki, 22, mengakui kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitasnya di dunia otomotif. Menurut alumnus SMK dr Soetomo Temanggung jurusan otomotif ini sebelumnya pernah membuka bengkel di rumahnya, kemudian bekerja di sebuah dealer sepeda motor di Temanggung. Setelah pelatihan ini dia juga ingin membuka usaha bengkel kembali. “Saya sudah dua minggu ikut pelatihan di sini, diberi ilmu teori tentang otomotif sampai praktik langsung. Saya memang senang dunia otomotif jadi merasa perlu terus latihan, “ tandas Rifki.(dem/din/mg2)