“Menurut saya kesamaan hak antara pria dan wanita juga menjadi faktor pendorong banyak munculnya pemimpin-pemimpin Polwan yang mampu bersaing secara sehat dengan polisi laki-laki. Tentu tidak mudah dan merupakan tantangan tersendiri harus bersaing, memiliki mitra kerja atau pun anak buah laki-laki,” kata Kanit Bintibmas Sat Binmas Polres Kulonprogo Iptu Wastini, Kamis(14/3).
Menurutnya, dengan kemampuan kepemimpinan dan komunikasi yang baik, maka segala tugas yang dibebankan dapat didukung dan dilaksanakan sesuai target. “Saya menjadi polisi sejak tahun 1996. Lulus dari Sekolah Polisi Wanita dengan pangkat Serda yang sekarang Bripda. Kurang lebih 23 tahun mengabdi di kepolisian, saya merasa sangat bangga menjadi bagian dari institusi ini,” ujarnya.
Dikatakan, menjadi polisi merupakan pekerjaan istimewa karena memiliki banyak peluang untuk bisa berkiprah di dunia internasional. Misalnya mengikuti misi PBB sebagai IPO (Individual Police Officer). Peran IPO belum banyak dikenal masyarakat luas. Ia pun dulu juga tidak mengetahui adanya IPO.
“April 2016 saya mendapat kesempatan itu, resmi menjadi Kontingen Indonesia sebagai IPO setelah lulus ujian dari team UNSAAT (United Nation Selection Assessment and Assistance Team) yang datang ke Indonesia setiap dua tahun sekali untuk menguji polisi-polisi Indonesia yang memenuhi syarat untuk menjadi IPO,” jelasnya.
Setelah bergabung dengan misi PBB sebagai IPO, ternyata masih ada jenjang karir bagi para IPO yang memenuhi syarat dan lulus tes yang diselenggarakan United Nation Police Selection and Recruitment Section (New York) sebagai SAAT Instructor/Tester di Uganda.
“Tentunya tidak mudah untuk bisa lolos dalam seleksi yang diikuti IPO dari misi PBB sedunia. Namun kebanggaan tersendiri dapat lolos dan menyandang predikat sebagai SAAT Instructor/Tester dan membawa bendera Merah Putih keliling dunia, menguji polisi-polisi di negara-negara anggota PBB yang akan masuk ke misi,” ungkapnya.
Ibu berputera satu ini juga mendapat kesempatan sebagai penguji di beberapa negara. Ia mendapatkan prioritas menjadi delegasi dari misi UNAMID untuk merumuskan peraturan PBB tentang Recruitment IPO di Langfang, China, Juli 2018. Setelah dua tahun dinas sebagai IPO di UNAMID, akhirnya 1 Mei 2018 ia baru kembali ke Indonesia dan dinas di Polres Kulonprogo sebagai Kanit Bintibmas.
Menyadari untuk bisa lulus tes menjadi IPO diperlukan kemampuan Bahasa Inggris yang cukup, Polri telah memberikan fasilitas belajar bahasa Inggris dan bahasa-bahasa yang lain secara intensif dengan fasilitas native speaker di Sekolah Bahasa Polri. Jalan untuk maju sudah terbuka luas dan fasilitas didukung sepenuhnya oleh Polri.
“Tinggal kita sebagai anggota Polri mau berusaha dan berjuang atau tidak. Walaupun kita manusia modern, kita dapat belajar dari pepatah Jawa (sapa tekun golek teken, bakal tekan). Artinya siapa yang rajin mencari ilmu maka akan tercapai cita-citanya,” ucapnya.
Menyimak perjalanan karir Iptu Wastini cukup heroik. Lahir 17 Januari 1976, wanita tangguh ini merupakan anak kedua dari pasangan Adi Wiyono dan Tukiyem, seorang petani dan pedagang kecil-kecilan.
Begitu lulus SDN Kepek tahun 1988, ia melanjutkan ke SMP Setya Bhakti Kulonprogo yang berjarak sekitar 2 Km. Kemudian lanjut di SMAN 1 Pengasih dan lulus tahun 1994. Ia tidak dapat melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya.
“Saya kemudian mencoba mendaftar menjadi Polisi Wanita di Polda DIJ yang waktu itu masih bernama Polwil Jogjakarta. Dengan hobi olah raga lari yang tiap hari saya lakukan, sangat mendukung suksesnya saya dalam mendaftar sebagai Polwan. Saya lulus dan mengikuti pendidikan selama 11 bulan di Sekolah Polwan Jakarta tahun 1995 dan lulus tahun 1996,” jelasnya.
Ia lalu ditempatkan di Ditserse Polri (kini Bareskrim Polri). Banyak peluang pendidikan kejuruan yang menghampirinya, Kejuruan Bahasa Inggris elementary di Pusbasa Hankam tahun 1997, TOEFL di Sebasa Polri 1998, dan Kejuruan Reskrim di SPN Lido tahun 2000.
Sejak pertengahan 2000 ia mengajukan mutasi dan bekerja di wilayah Polda DIJ hingga saat ini. Dengan hanya mengantongi ijazah SMA ia merasa belum cukup, akhirnya pada tahun 2005 ia melanjutkan kuliah di Ilmu Komunikasi STPMD APMD dan lulus 2009. Untuk mendukung karirnya, dia lalu menempuh pendidikan Magister Hukum Pidana di Universitas Janabadra tahun 2014 dan lulus Oktober 2016.
“Rumah saya berjarak sekitar 10 kilometer, dan saya senang bisa bertugas dan mengabdi di Polres Kulonprogo,” ujar perwira polisi ini. (tom/laz/mg2)