JOGJA – Hujan deras serta kondisi saluran air limbah menjadi penyebab amblesnya aspal di perempatan Ngabean. Begitupula di Sleman, banyak jalan berlubang karena sering dilewati kendaraan dengan tonase besar.
Salah seorang pedagang di sekitar terminal Ngabean Tibun Jaya mengatakan, amblesnya jalan terjadi pada Jumat pagi (15/3).

Terutama setelah hujan deras yang turun sejak jumat dini hari. Akibatnya di tengah jalan terdapat lubang dengan diameter sekitar dua meter dan kedalam sekitar satu meter. Menurut dia, jalan di perempatan Ngabean itu sebelumnya memang sudah sering rusak.

“Sering itu (rusak). Kemarin juga ambles, tapi enggak pecah aspalnya. Terus ditambal. Sekarang ambles lagi,” katanya kemarin.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Jogja Umi Akhsanti mengakui, beberapa waktu lalu kondisi jalan sedikit turun. Tapi belum ambles.

“Saat diperbaiki aspalnya, ternyata terdapat kerusakan salurah air limbah (SAL) di bawahnya,” kata dia.

Untuk kewenangan SAL sendiri, Umi menyebut berada di bawah Balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan (PISAMP) Dinas PUP-ESDM DIJ. “Kami sudah koordinasi dengan Balai PISAMP untuk perbaikan SAL, baru kami perbaiki aspalnya,” kata Umi.

Kepala Seksi Operasional dan Pemeliharaan Balai PISAMP DIJ Sudarno mengatakan, jalan ambles tersebut menimpa SAL induk. Diameternya 500 milimeter. Memanjang dari Kota Jogja hingga wilayah Sleman. “Identifikasi kami sementara karena ada aliran di bawah pipa, sehingga tanah terbawa aliran dan ada tekanan dari atas yang membuat pipa patah,” tuturnya.

Sedang di wilayah Sleman, beberapa ruas jalan juga terjadi kerusakan. Seperti di di Jalan Banjarharjo-Ngemplak Tegal Balong, Bimomartani, Ngemplak. Padahal ruas jalan tersebut baru selesai akhir Oktober 2018 dengan total anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp 13,3 miliar.

Di sana terdapat banyak lubang yang berada di tikungan. Kedalaman lubang serta diameternya juga berbeda-beda. “Lubang itu munculnya belum lama, belum ada satu bulan,” kata salah seorang warga Tegal Balong, Siti Jariyah.
Menurut dia, kerusakan parah itu terjadi sejak musim hujan. Tadinya hanya muncul lubang kecil. Tapi karena dilintasi banyak truk dengan muatan besar dan kadang bus besar, kerusakan menjadi semakin parah. “Memang beberapa waktu terakhir banyak truk dan bus besar melintas,” bebernya.

Selain itu, di sisi kanan maupun kiri jalan tidak ada talud. Siti menjelaskan setiap hujan, jalan tersebut pasti tergenang hingga ke jembatan. “Memang dulu ada talud tapi sejak ada proyek ini jadi hilang,” ungkapnya.

Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Sleman Achmad Subhan menjelaskan rata-rata tonase untuk jalan kabupaten sekitar lima ton. Sehingga jika dilewati oleh kendaraan dengan beban melebihi tonase jalan maka akan cepat rusak. “Walaupun kami desain untuk tonase maksimal delapan ton tapi tetap yang boleh lewat maksimal ya lima ton,” tegasnya. (cr8/har/pra/tif)