KULONPROGO – Hujan seharian dan banjir juga mengakibatkan tanggul Sungai Serang di Dusun Bendungan Kidul, Bendungan, Wates, jebol, Senin (18/3). Ratusan warga terpaksa harus diungsikan. Puncak banjir yang terjadi malam hari itu cukup merepotkan. Sedikitnya 565 warga diungsikan.“Sejauh ini belum ada laporan kerusakan rumah, hanya tergenang saja. Saat ini Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) sudah mulai kerja melakukan perbaikan tanggul yang jebol dan sebagian warga yang mengungsi mulai kembali ke rumah,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo Ariadi Senin (18/3).
Konsultan Pengawas proyek revitalisasi Sungai Serang BBWSSO Muhammad Fatkhul Mujib menjelaskan, perbaikan tanggul yang jebol dilakukan untuk mengantisipasi banjir susulan yang kemungkinan bisa mengancam ratusan warga yang bermukim di sekitar lokasi. Sementara waktu, tanggul yang jebol ditutup dengan karung berisi pasir, setelah itu dilapisi terpal. Agar kuat menahan aliran sungai, patok kayu atau tiang pancang ditancapkan di sela-sela karung.
“Ini penanganan jangka pendek saja. Kami masih memikirkan bagimana penanganan berikutnya, tapi kami jamin tidak sampai sepekan kami buat tanggul baru yang lebih kuat,” jelasnya.
Berdasarkan hasil pemetaan, tanggul jebol di Dusun Bendungan Kidul panjang mencapai 30 meter dengan ketebalan lebih dari 1,5 meter serta tinggi hingga lima meter. Penyebab jebolnya tanggul masih diinvestigasi, namun kemungkinan besar akibat debit air Sungai Serang yang melampaui batas. “Debit air tinggi, sementara kondisi tanah di lokasi bukan tanah yang mengikat,” ujarnya.
Ketua RT 35 RW 13 Dusun Bendungan Kidul Irwanto menjelaskan, penyebab jebolnya tanggul dipicu rusaknya pipa paralon yang menghubungkan IPAL Komunal dengan Sungai Serang. Awalnya tanggul dibor untuk jalan pipa IPAL. Saat puncak banjir itu sekitar pukul 20.00, pipa rusak dan membuat tanggul rembes.“Rumah saya jaraknya hanya sekitar 50 meter dari jebolnya tanggul. Kami sudah berupaya menutup rembesan menggunakan karung, namun beberapa jam kemudian sekitar pukul 21.00 tanggul jebol. Awalnya hanya sepanjang lima meter, kemudian mencapai 25 meter lebih,” jelasnya.
Kepala Dusun Bendungan Kidul Suharto mengamini, jebolnya tanggul merupakan kejadian kali pertama di wilayahnya. Dampaknya ratusan rumah warga tergenang yakni warga di Dusun Bendungan Kidul, Berenan, dan Mangunan. “Tiga dusun itu yang terdampak paling parah. Perabot rumah tangga banyak yang rusak dan hilang terbawa arus. Para lansia, perempuan dan anak-anak harus dievakuasi menggunakan perahu karet. Ketinggian air mencapai dada orang dewasa, dan 402 jiwa korban banjir diungsikan ke Stadion Cangkring,” katanya.
Koordinator Satlinmas Reacue Istimewa (SRI) Wilayah V Kulonprogo Aris Widiatmoko mengungkapkan, 30 personel diterjunkan ke lapangan. Anggota bergabung dengan TRC BPBD dan TNI/Polri. “Kami menurunkan perahu karet milik Polairud bersama Polairud dan Sabhara Polres Kulonprogo serta TNI,” ungkapnya.
Kapolres Kulonprogo AKBP Anggara Nasution menyatakan, pihaknya sudah menggerakkan personel membantu warga dalam penanganan bencana di Kulonprogo. Menurutnya, tidak hanya di Desa Bendungan, melainkan juga beberapa titik banjir di Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Pengasih.
“Paling parah di Bendungan karena tanggulnya jebol. Kami akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait mengingat cuaca yang masih memungkinkan turun hujan dan memicu banjir susulan,” ucapnya.
Sementara itu, dampak jebolnya tanggul Sungai Serang juga menggenangi pemukiman warga dan akses jalan di Desa Tayuban, Wates. Pemukiman warga yang terdekat dari titik jebolan seperti disekitar Balai Desa Tayuban ketinggian air mencapai 30 sentimeter.“Banjir mulai datang sekitar pukul 01.45 dini hari. Ketingian air mencapai 30 sentimeter masuk ke rumah. Alhamudlilah sekarang sudah agak surut, kendati di beberapa titik masih selutut orang dewasa. Banjir di wilayah Panjatan, jalan belum bisa dilewati,” kata Intan, 24, warga Desa Tayuban, Wates.
Menurutnya, hujan yang tidak reda sejak Sabtu (16/3)-Minggu (17/3) memicu sungai-sungai dan irigasi meluap. Sungai Serang mulai meluap hingga menggenangi permukiman warga di sekitar bantaran kali sejak Minggu malam dan mulai menggenani pemukiman warga di Dusun Graulan, RT 01/RW 01, Giripeni, Wates.
Makruf, 24, warga Dusun Graulan mengungkapkan, genangan air mulai muncul sekitar pukul 19.00. Ketinggian mencapai 30 sentimeter atau setinggi lutut orang dewasa dan di beberapa titik mencapai dada orang dewasa.
“Halaman timur rumah air setinggi dada, kalau yang di depan rumah sekitar selutut. Musibah ini mirip saat saat badai Cempaka melanda Kulonprogo akhir 2017,” ungkapnya. (tom/laz/mg4)