GRAFIS: HERPRI KARTUN/RADAR JOGJA

JOGJA – Pemprov DIJ bergerak cepat. Rusaknya sejumlah lokasi di makam raja-raja Mataram Imogiri memaksa pemprov mengambil sejumlah langkah. Dari mulai tindakan darurat hingga upaya pemulihan yang bersifat permanen.
“Kami pulihkan dalam waktu cepat. Setidaknya 2019 ini harus selesai dan pulih kembali,” ujar Sekprov DIJ Gatot Saptadi usai menggelar rapat koordinasi di Kepatihan, Selasa(19/3).

Upaya pemulihan secara permanen yang dimaksudkan Gatot adalah dibangun kembali akses jalan yang menghubungkan calon makam Sultan Hamengku Buwono (HB) X dengan kompleks Saptorenggo. Akibat longsor, akses jalan kedua kompleks makam yang berada di sisi timur Makam Imogiri terputus. Bahkan mengalami kerusakan yang parah.

Saptorenggo merupakan kompleks makam HB IX, HB VIII dan HB VII. Di sisi timur Saptorenggo sejak empat tahun ini dibangun calon makam baru yang diperuntukan bagi penerus takhta HB IX.

Pembangunan kompleks baru itu dikarenakan Saptorenggo telah penuh. Kompleks bangunan calon makam itu sebagian telah selesai dibangun. Namun halaman makam yang menghubungkan dengan kompleks Saptorenggo sejak Minggu (17/3) malam terputus. Akibatnya jalan tersebut tidak bisa dilewati.

Dalam rapat koordinasi itu hadir sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemprov DIJ. Di antaranya Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Aris Eko Nugroho, Paniradya Kaistimewaan DIJ atau Kepala Badan Keistimewaan DIJ Beny Suharsono, Sekretaris BPBD DIJ Heru Suroso, unsur Dinas PUP dan ESDM DIJ dan OPD terkait lainnya.

Gatot mengaku telah memerintahkan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) dan OPD lainnya menghitung kebutuhan anggaran pemulihan makam Imogiri yang rusak. Dari perhitungan Gatot, pemulihan itu membutuhkan dana puluhan miliar.

“Tidak sampai ratusan miliar. Detailnya belum dapat saya sampaikan. Kebutuhannya bisa kami hitung karena bisa dilihat dari luasan yang hendak dibangun,” terang Sekprov yang lama bertugas di bidang cipta karya dinas pekerjaan umum ini.

Selain akses jalan makam Imogiri, rehabilitasi juga dilakukan terhadap rumah dinas bupati Puroloyo. “Rumah bupati Puroloyo juga ada yang rusak,” terang Gatot. Bupati Puroloyo adalah pejabat Keraton Jogja yang bertugas mengurusi makam Imogiri dan Kotagede.

Gatot mengaku telah melaporkan sejumlah langkah tersebut kepada Gubernur DIJ Hamengku Buwono X. Dia mengaku telah mendapatkan sejumlah arahan. Saat ini gubernur masih berada di Jakarta . Ada kemungkinan sepulang dari Jakarta, gubernur akan meninjau lokasi bencana. Namun Gatot tak berani memastikan, apakah peninjauan juga akan dilakukan ke makam Imogiri.

“Secara internal mungkin ada beberapa pertimbangan. Apakah beliau sebagai raja diperkenankan berkunjung ke sana. Namun secara protokoler, kami sudah siapkan segala sesuatu jika diperlukan,” terangnya.

Terpisah, Manggalayudha Prajurit Keraton Jogja GBPH Yudhaningrat memastikan seorang sultan dilarang mengunjungi calon makamnya di Imogiri. Aturan itu berlaku bagi semua sultan yang bertakhta di Keraton Jogja. “Yang boleh sampai pangeran berpangkat kanjeng gusti. Di atas itu dilarang,” ungkapnya.

Gusti Yudha juga menginformasikan sebelum longsor, kompleks inti calon makam HB X telah selesai dibangun. Itu ditandai dengan sugengan atau doa bersama yang dipimpin Lurah Pangeran KGPH Hadiwinoto belum lama ini. Bangunan inti calon makam HB X itu tata letaknya berbeda dengan tiga kompleks makam para sultan pendahulunya.

“Kompleks lainnya diperuntukkan bagi dua hingga tiga sultan. Contohnya Saptorenggo dipakai HB VII, HB VIII dan HB IX. Kalau yang sekarang baru selesai dibangun hanya diperuntukkan untuk seorang diri,” jelasnya.

Sampai sekarang Gusti Yudha bersama rayi-rayi dalem lainnya belum berencana meninjau lokasi makam Imogiri yang rusak. Terutama akses yang menghubungkan antara Saptorenggo dengan calon makam HB X. (cr8/kus/yog/mg2)