KULONPROGO – Banjir yang merendam sebagian wilayah Kulonprogo memunculkan persoalan baru. Sejumlah warga terdampak banjir mulai terserang penyakit. Terutama, warga yang tinggal di Kecamatan Panjatan.

Jamak di antara mereka terserang gatal-gatal, kutu air, diare, dan demam.
”Orang dewasa gatal-gatal dan kutu air. Kalau anak-anak panas dan diare,” tutur Hartoyo, seorang warga di sela pengobatan gratis yang digelar Dharma Pertiwi di halaman Masjid Nurul Hadi, Panjatan Rabu(20/3).

Banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Serang Senin (18/3) tidak hanya merendam permukiman. Lebih dari itu, juga merendam berbagai barang berharga warga. Hartoyo mengaku ratusan warga sempat mengungsi ke Stadion Cangkring. Kendati begitu, warga harus membersihkan rumah mereka setelah air surut. Kondisi inilah yang menyebabkan warga terserang berbagai penyakit.

”Karena banyak lumpur yang masuk ke rumah,” ucapnya.
Susanti, warga Dusun Tayuban III, Panjatan mengeluhkan hal serupa. Perempuan 36 tahun ini menyebut warga tidak hanya membutuhkan pengobatan. Melainkan juga bantuan sembako.

”Selama banjir, kami kan tidak bisa kemana-mana dan tidak bisa kerja,” ungkapnya.

Dari Kabupaten Bantul dilaporkan bahwa upaya pencarian terhadap dua korban longsor di RT 02 Pajimatan, Kedungbuweng, Wukirsari, Imogiri membuahkan hasil. Tim gabungan menemukan jasad Rufi Kusuma Putri, 9, sekitar pukul 15.30. Dua puluh menit kemudian, tim gabungan berhasil menemukan jasad Eko Supratmi, 50.

Menurut Kepala Seksi Operasi Basarnas DIJ Aditya Dwi Hartanto, saat ditemukan, jasad kedua korban berada di satu lokasi. Persisnya di kamar bagian belakang.

”Posisinya berdekatan. Mereka seperti berpelukan di atas kasur,” katanya.
Seperti diberitakan, kompleks makam raja-raja di Imogiri longsor Minggu (17/3). Persisnya halaman area calon makam HB X. Material longsoran berupa tanah, bebatuan, dan pepohonan menghantam beberapa rumah di bawahnya. Di antaranya, rumah Sudi Armojo dan Widodo.

Sudi Atmojo ditemukan meninggal dunia di bawah reruntuhan longsor usai kejadian. Sedangkan Widodo berhasil diselamatkan warga. Namun, Rufi Kusuma Putri, anak Widodo dan Eko Supratmi, pembantunya terjebak di dalam rumah.

Menurutnya, proses pencarian menemui berbagai kendala. Salah satunya, cuaca. Tim gabungan kerap menghentikan pencarian jika hujan deras. Kendala lainnya adalah banyaknya material longsoran.

”Korban ditemukan di kedalaman sekitar 4 sampai 5 meter dari tumpukan awal hari Senin (18/3),” ungkapnya.

Bupati Bantul Suharsono tampak ikut mengawasi jalannya proses evakuasi. Dia bersyukur dengan penemuan jasad dua korban.

Sementara itu, Pemprov DIJ menargetkan pemulihan kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul harus tuntas sebelum akhir 2019. Baik terkait sumber anggaran maupun pengerjaan fisik bangunan.

Khususnya menyangkut pembangunan kembali akses jalan calon makam Sultan Hamengku Buwono (HB) X dengan kompleks makam sultan-sultan sebelumnya. Calon makam HB X itu berada di ujung timur kompleks makam raja-raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Sumber dananya tidak memakai APBD. Paling tepat menggunakan dana keistimewaan (danais),” ujar Sekprov DIJ Gatot Saptadi Rabu(20/3).
Gatot mengungkapkan, banyak pertimbangan sebagai dasar penggunaan danais.

Di antaranya, lokasi cagar budaya. Juga masuk kawasan keistimewaan kasultanan dan kadipaten. Sesuai amanat UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIJ, pelaksanaan urusan keistimewaan DIJ dibiayai dengan danais.

“Soal besarannya masih dihitung. Nilainya tidak sampai ratusan miliar. Dana yang disiapkan mencapai puluhan miliar,” jelas Gatot.

Keputusan melakukan percepatan pemulihan calon makam HB X itu dilakukan setelah Sekprov menggelar rapat koordinasi sehari sebelumnya. Koordinasi itu diikuti beberapa kepala organisasi perangkat daerah (OPD).

Di antaranya, Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Aris Eko Nugroho, Paniradya Kaistimewaan DIJ atau Kepala Badan Keistimewaan DIJ Beny Suharsono, Sekretaris BPBD DIJ Heru Suroso, unsur Dinas PUP dan ESDM DIJ, serta OPD terkait lainnya.

Sejak Minggu (17/3) malam, halaman calon makam HB X itu rusak diterjang longsor. Dampaknya akses jalan yang menghubungkan calon makam sultan kesepuluh dengan makam-makam sultan sebelumnya di sisi barat terputus.

Melihat denahnya, lokasi calon makam HB X itu berbatasan langsung dengan kompleks Saptorenggo yang menjadi makam HB IX, HB VIII, dan HB VII. Kini akses jalan dari Saptorenggo menuju calon makam HB X maupun sebaliknya ditutup.

“Ini semata-mata demi keamanan,” ujar Jumali, juru pelihara makam Imogiri dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogjakarta yang sehari-hari bertugas di kawasan tersebut.

Makam raja-raja kasultanan terdiri atas tiga kompleks. Yakni kompleks Kasuwargan, Besiyaran, dan Saptorenggo. Kasuwargan ditempati HB I dan HB III. Letaknya di ujung barat. Di sisi timurnya, Besiyaran, bersemayam jasad HB IV, HB V, dan HB VI. Di sebelah timurnya lagi Saptorenggo, yang menjadi peristirahatan terakhir HB VII, HB VIII, dan HB IX. Lantaran kompleks makam para sultan telah penuh, sejak 2013 dibangun kompleks baru. Lokasinya terpisah dari Saptorenggo. Ada di ujung timur kompleks makam kasultanan.

Meski halaman makam dalam kondisi rusak, bangunan inti calon makam HB X telah rampung dibangun. Menandai selesainya pembangunan itu beberapa minggu sebelum tanah longsor, kerabat dan abdi dalem Keraton Jogja mengadakan acara sugengan atau semacam selamatan. “Yang memimpin Kangmas Hadi (KGPH Hadiwinoto, Red),” cerita Manggalayudha Prajurit Keraton Jogja GBPH Yudhaningrat Rabu(20/3).

Bangunan inti makam yang belum diberi nama itu berupa joglo. Bahannya terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi.

Tata letak calon makam HB X itu berbeda dengan para sultan pendahulunya. Gusti Yudha, sapaan akrabnya, menceritakan tiga kompleks sultan lainnya diperuntukkan bagi dua hingga tiga sultan. “Kalau yang sekarang baru selesai dibangun, kompleksnya hanya diperuntukkan untuk seorang diri,” jelasnya.

Ditanya soal rencana mengunjungi lokasi makam Imogiri yang rusak, Gusti Yudha mengaku belum punya rencana. Pun demikian rayi-rayi dalem lainnya. (tom/cr6/kus/zam/yog/mg2)