BANTUL – Warga dusun Watu Argomulyo Sedayu Bantul sebagian adalah penjual jamu keliling. Kini mereka makin pede untuk berjualan jamu, karena sekaligus memromosikan jamu sachet produksi sendiri. Itu setelah hadirnya Omah Jamu yang didirikan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina.

Permukiman warga di belakang terminal bahan bakar minyak (TBBM) Rewulu, rimbun dengan berbagai pohon dan tanaman. Belum hamparan sawahnya. Salah satu yang ditanam warga adalah jenis obat keluarga (boga). Di antaranya kunir, daun papaya, pandan wangi, serai sirih hingga kencur.“Kalau kencur belum tahu hasilnya bagus atau tidak. Karena tanahnya di sini belum tentu bagus untuk kencur,” ujar Ketua Kelompok Jati Husada Mulya Wagiyanti Sabtu (23/3).

Yanti, sapaannya, adalah ketua kelompok yang sekaligus juga Koordinator Pengelola Omah Jamu Rewulu. Menurut dia, warga di Watu memang sudah sejak lama menanam berbagai tanaman untuk kebutuhan pembuatan jamu. Terlebih di desanya sejak dulu terkenal sebagai sentra penjual jamu gendong.

“Yang bisa ditanam kami tanam sendiri, kurangnya beli di pasar. Sekaligus untuk stok koperasi,” ujar Ketua Koperasi Jati Husada Mulya Mandiri itu.
Sama dengan warga lainnya di Watu, Yanti juga seorang penjual jamu keliling.

Dia biasa berjualan dengan sepeda keliling di kawasan Kasihan Bantul. Di belakang kampus UMY. Tapi yang membedakan, saat ini Yanti bersama 30 ibu-ibu yang juga penjual jamu keliling, menjual jamu sachet olahan mereka sendiri. Tak lagi hanya menjualkan produk sachet pabrikan.

Ya sejak kehadiran Omah Jamu pada April 2016 silam, ibu-ibu memiliki rumah produksi sendiri. Bahkan di Omah Jamu yang berada di selatan TBBM Rewulu itu memiliki dapur pencucian, alat pemasakan dan penggilingan, tempat packing, kantor hingga showroom. Menjadi rumah produksi.“Berkat bantuan CSR Pertamina juga kami sekarang punya mesin sealer untuk bungkus alumunium. Kami juga sudah mengantongi PIRT hingga label halal,” jelasnya.

Hasilnya terlihat. Selain membuat jamu cair juga memproduksi jamu instan. Saat ini kelompok Jati Husada Mulya sudah memiliki hingga 11 jenis sachet jamu instan. Yanti menyebut diantaranya, seperti kemcur, jahe wangi, secang instan, puti singset, temulawak hingga top ceng. “Kami juga sudah membuat wedang secang celup,” tambahnya.

Yanti menambahkan, produk yang mereka produksi sendiri tersebut yang juga dijualnya saat berkeliling. Diakuinya masih banyak konsumen yang familiar dengan jamu sachet pabrikan terkenal.“Tapi kami promo produk kami, sekaligus untuk masukan, kurangnya apa,” tutur dia.

Selain itu dengan adanya Omah Jamu, ibu-ibu di sana selain berjualan keliling, juga mulai berjualan secara online. “Sudah banyak juga pesanan secara online,” ungkapnya. Dikenalnya produk jamu kelompok Jati Husada Mulya itu karena kini mereka kerap menjadi tempat kunjungan untuk belajar membuat jamu. Muali dari pelajar PAUD, mahasiswa hingga ibu-ibu PKK.“Setelah ada Omah Jamu banyak kunjungan wisata untuk pembelajaran proses pembuatan jamu,” katanya.

Selain itu mereka kini juga kerap diajak untuk pameran produk. Yanti mengaku paling sering pameran ke Jakarta. Tapi dia mengaku produknya sudah dikirim ke hampir semua wilayah di Indonesia. Bahkan bulan depan rencanya diajak untuk pameran produk binaan BUMN.

Manager Communication dan CSR Pertamina MOR IV DIJ-Jateng Andar Titi Lestari menambahkan pendampingan pada ibu-ibu penjual jamu di Watu sudah dilakukan sejak 2012. Selain dengan membangun rumah produksi Omah Jamu, juga membuatkan badan hukum koperasi. “Jamu sudah diakui menjadi minuman khas Indonesia, kami mencoba untuk meningkatkan kapasitas kelompok dan memperluas pemasaran dengan keberadaan Omah Jamu,” ungkapnya. (pra/mg4)