JOGJA – Dampak diblokirnya oleh warga akses jalan ke tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Piyungan, mulai dirasakan warga di Kota Jogja, Kabupaten Sleman, dan Bantul. Beberapa tempat pembuangan sampah (TPS) pun kebanjiran sampah. Sampah yang biasanya sebatas di bak sampah, kini membeludak hingga bahu jalan.

Salah seorang petugas kebersihan TPS Lempuyangan, Kirun, mengungkapkan, penumpukan terjadi sejak Minggu (24/3). Meski sudah ada anjuran, warga tetap membuang sampah di tempat tersebut. Alhasil hingga Senin sore (25/3), sampah menumpuk hingga bidang jalan aspal.

“Kalau hari normal paling numpuknya sampai trotoar. Ya gimana lagi, warga sebenarnya sudah diberitahu, tapi masih cuek bahkan kadang curi-curi kesempatan agar tidak ketahuan,” jelasnya yang ditemui saat merapikan sampah di TPS Lempuyangan, Senin(25/3).

Di satu sisi dia tidak bisa berbuat banyak atas dampak. Terutama bau menyengat dari tumpukan sampah. Ditambah lagi cairan yang mengalir saat hujan. Cairan dari sampah ini diakui memiliki aroma yang menyengat dan berbau busuk.

Antisipasi awal dengan menata tumpukan sampah. Agar tidak meluber hingga jalan, sampah dipindahkan ke bak sampah. Tidak hanya sekadar ditumpuk, namun juga dipadatkan. Langkah ini untuk mengoptimalkan bak sampah seluas 4 x 4 meter.

“Kalau bisa diterpali ya saya tutup pakai terpal. Tapi kan terpalnya enggak ada. Cuma dirapikan saja, dinaikkan ke atas. Air kadang menggenang, apalagi saluran air juga tertutup tumpukan sampah,” kata pria asal Godean ini.

Warga sekitar TPS pun mulai mengeluhkan dampak penumpukan sampah. Selisih satu los toko ada konter pulsa milik Tri Wulan Agustina. Tidak jarang bau busuk dan lalat mampir ke toko milik perempuan usia 25 tahun ini.

“Sering seperti ini, tapi yang sampai membludak ke jalan kayaknya baru kali ini. Mengganggu banget sih belum, tapi tidak enak dilihat karena menumpuk. Apalagi kalau hujan pasti baunya tambah menyengat,” keluhnya.

Keluhan sama juga dilontarkan pengemudi Gojek Dominicus Pungky Suhartanto, 25. Hampir setiap hari dia ngetem di utara TPS Lempuyangan. Sampah mulai terlihat menumpuk sejak tiga hari belakangan. “Kalau bisa secepatnya dibersihkan karena sudah sampai menutup akses pejalan kaki, bahkan hingga bahu jalan,” katanya.

Mandeknya operasional TPST Piyungan ternyata juga menjadi beban para pemungut sampah. Terlihat para pemungut sampah rumahan berkumpul di TPS Mandala Krida. Mereka sambat karena sejak Minggu tidak bisa beroperasional.
Sudaryanto, 47, mengaku terpaksa tidak mendatangi rumah warga. Dia mengkhawatirkan adanya protes dari warga. Terlebih operasional TPS Mandala Krida berhenti sementara waktu. Di satu sisi jika dipaksakan justru akan merusak gerobak sampah miliknya.

“Area saya itu Jagalan, Jalan Gadjah Mada, Kepatihan hingga Gunungketur. Biasanya sehari bisa dua kali muter, kalau Senin bisa empat kali. Berharap masalah di Piyungan segera diatasi. Kalau bisa pejabatnya turun langsung,” harapnya.

Setali dua uang, Santoso, 46, juga terpaksa berhenti nariki sampah. Menurutnya, akar pemasalahan timbul ketika TPST Piyungan menerapkan jam operasional. Truk pengangkut sampah diperkenankan masuk dari pukul 06.00 hingga 17.00.

“Dulu waktu masih 24 jam, pengiriman sampah tidak tersendat. Kalau tidak salah kebijakan itu baru awal tahun ini diterapkan. Warga belum saya kasih tahu kalau sampah tidak saya ambil, karena pasti memang menumpuk,” kata pria yang beroperasi di daerah Baciro ini.

Sementara itu, untuk mensiasati pembuangan sampah ke TPST Piyungan yang telah melampaui batas, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul menjalankan beberapa program. Kepala DLH Ari Budi Nugroho menyebut, sudah ada program seperti bank sampah dan TPS 3R yang sudah tersebar di beberapa kecamatan.

Menurutnya, beberapa langkah ini sebagai upaya memberdayakan masyarakat tentang cara mengelola sampah yang dihasilkan sendiri. Program ini lebih fokus pada daur ulang sampah.

Di Bantul sendiri, Ari menjelaskan sudah ada 51 TPS 3R dan 27 bank sampah. Hasil dari program itu diklaim sudah mampu mengurangi sampah di Bantul lebih dari 10 persen per harinya. Dia menjelaskan dalam sehari warga Bantul menghasilkan 600 ton sampah.

“Belum dengan tambahan sampah yang berasal dari daerah lain,” tegasnya. Pihaknya berjanji akan terus mengupayakan agar jumlah TPS 3R dan bank sampah bisa diterus ditambah. Namun dia juga meminta agar dapat ikut berperan dalam program itu, khususnya dalam hal pengelolaan organisasi. (dwi/cr5/laz/mg2)