BANTUL – Hingga Selasa(26/3) warga Dusun Ngablak, Sirimulyo, Piyungan, Bantul, masih memblokir akses jalan ke TPST Piyungan. Hal ini karena belum adanya realisasi terkait tuntuntan warga yang sebelumnya diajukan.
Akibat ditutupnya akses menuju tempat pembuangan sampah dari Kota Jogja, Kabupaten Sleman dan Bantul ini, lebih dari 450 ton sampah belum dapat diangkut. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Eker-Eker Golek Menir Sodik Marwanto.
Eker-Eker Golek Menir sendiri adalah salah satu paguyuban penyedia jasa pengangkutan sampah di Jogjakarta. Wilayah sebarannya ada di Kota Jogja, Bantul, dan Sleman dan sudah beroperasi sejak delapan tahun yang lalu.
Penghitungannya, dijelaskan Sodik, dalam sehari satu truk di paguyubannya dapat mengangkut satu ton sampah. Sedangkan jumlah armada di paguyubannya berjumlah 150 kendaraan.
“Dikalikan saja tiga hari, berarti sudah ada 450 ton sampah yang belum terambil. Itu belum sampah yang tidak terangkut dan milik pemerintah,” ujarnya saat menggelar jumpa pers di Warung Pojok Jambidan, Selasa(26/3).
Akibat tidak diangkutnya sampah ini, Sodik mengaku kerap mendapat komplain dari para pelanggannya. Dia pun mencoba menjelaskan kepada masyarakat bahwa di TPST Piyungan sedang ada penutupan tanpa ada batas waktu yang ditentukan.
Karena hal ini pula pihaknya merugi karena segan ketika ingin melakukan penarikan retribusi sampah. Pasalnya pihaknya juga belum bisa memberikan tindak lanjut, terkait sampah yang masih tertahan. “Mau narik (retribusi) juga tidak enak, wong kami juga tidak tahu mau dibuang ke mana,” tambahnya.
Dia pun berharap kepada pemerintahan agar segera dicarikan solusi terkait permasalahan TPST Piyungan. Yang paling dipermasalahkan, lanjut Sodi, hanya ada satu akses jalan menuju dermaga pembuangan, itu pun bisa dibilang sempit. Hal itu berimbas terjadinya antrean truk-truk yang ingin membuang sampah.
Sodik mengaku sudah mengadukan hal ini kepada pemerintah kabupaten hingga provinsi. Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak terkait.
Kepada warga Sodik meminta agar pemblokiran akses ke Piyungan bisa segera diakhiri. Mengingat terkait permasalahan sampah ini sudah menyangkut hajat hidup orang banyak.
Dia pun meminta agar warga berlaku adil kepada para truk yang membuang ke Piyungan. Sodik mengaku sempat melihat akses pembuangan sampah sempat dibuka, namun hanya untuk truk milik warga sekitar.
Sodik mengaku memergoki truk yang diduga itu memang tidak melalui portal yang disediakan. Namun melewati jalan lain yang berada di sisi selatan gardu jaga portal.
Agar merasakan hal yang sama atas apa yang dirasakan paguyubannya, Sodik melakukan penggembokan di pintu jalur yang diduga sebagai akses truk pengangkut sampah milik warga. Sebenarnya dia pun tidak ingin masalah di TPST Piyungan berbuntut panjang. Oleh karena itu pemerintah atau pihak terkait segera mencarikan solusi.
“Itu yang sebenarnya kami permasalahkan, kenapa warga bisa membuang tapi kami tidak. Kami inginnya ya segera pemerintah bisa menyelesaikan, soalnya sampah juga sudah menumpuk banyak,” ucapnya.
Sementara itu, dari pantauan Radar Jogja di TPST Piyungan kemarin, akvitas di tempat itu sedikit lenggang. Tidak ada truk yang mengantre panjang di dermaga seperti pada hari-hari biasa.
Kedua alat berat juga tidak sedang dioperasikan. Hanya ada beberapa pemulung mengumpulkan sampah. Beberapa ekor sapi juga terlihat sedang mencari makan.
Namun di jalan aspal menuju TPST ada beberapa truk yang sedang berhenti. Lengkap dengan muatan yang penuh dengan sampah. Diketahui truk-truk tersebut adalah milik anggota Eker-eker Golek Menir.
Ditemui di lokasi, Ketua Pemulung TPST Piyungan Maryono mengatakan, warga tetap teguh pada pendiriannya menutup akses ke dermaga pembuangan. Pria yang mewakili warga penutup akses TPST Piyungan ini akan membuka kembali pembuangan ke Piyungan, ketika tuntutan mereka dipenuhi. Atau ada pihak dari pemerintah datang menemui mereka.
Dijelaskan Maryono, tuntutan warga yang paling diminta untuk disegarakan adalah pengoptimalan dermaga. Menurutnya, jika dermaga sudah dikondisikan, antrean truk bisa dikurangi. “Soalnya antrean truk di dermaga bisa mencapai 1,5 kilometer. Dan itu sangat menganggu kegiatan sehari-hari warga,” ujarnya.
Tuntutan kedua, warga juga meminta agar akses jalan berlubang bisa diaspal.
Dia menceritakan karena jalan belum diaspal, para anak-anak di sekitar lokasi pembuangan harus rela melapisi sepatunya dengan menggunakan kantong plastik untuk berangkat ke sekolah.
Ketiga, disegarakan pembangunan drainase. Hal itu dikarenakan limbah yang dihasilkan tumpukan sampah sering masuk ke pemukiman warga. Keempat, warga bisa diberikan kompensasi terkait dampak yang dihasilkan TPST.
Dijelaskan Maryono, ada sekitar 500 KK yang berasal dari dua kecamatan dan 5 RT yang terkena imbas Piyungan. “Kelima, kami ingin ada penerangan jalan di sekitar tempat tinggal kami. Kalau kami sudah dijanjikan kapan waktu pelaksanaanya, dalam 2-3 hari ke depan akan kami buka lagi,” ungkapnya. (cr5/laz/mg2)