GUNUNGKIDUL – Program Sambungan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (SMBR) yang dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani Gunungkidul mendapat animo besar dari masyarakat. Didukung dengan sambungan reguler diharapkan akses masyarakat untuk mendapatkan air bersih akan semakin mudah.
Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Gunungkidul Isnawan Fibriyanto mengatakan, saat ini sudah ada 2.250 warga yang mendaftar program SMBR dan sambungan reguler. Banyaknya warga yang ingin mendapatkan jatah dari program SMBR tersebut tidak menjadi soal. “PDAM akan melakukan survei. Terutama melihat persyaratan atau kriteria masyarakat yang dinilai sesuai dengan program tersebut,’’ jelasnya Rabu (27/3).
Menurutnya, program SMBR ini lebih diarahkan ke wilayah Wonosari, Semanu, Playen, Karangnojo, dan Ponjong. Sebab, wilayah-wilayah ini selama ini masih belum merata untuk mendapatkan saluran air bersih dari PDAM Tirta Handayani.
Menurutnya, ini sejalan juga dengan target PDAM yakni pada periode 2019, setidaknya terpasang pengguna air PDAM baru yaitu sebesar 2.250 baik dari target regular sebanyak 700 yang dikenai biaya pemasangan. Sisanya adalah melalui program sambungan gratis PDAM kepada 1,500 SMBR yang diberi subsidi. “Target kami pemasangan SMBR dan sambungan reguler pada 2.250 rumah selesai tahun ini,” ucapnya.
Dikatakan, untuk SMBR anggaran dari pusat melalui program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera). Bagi masyarakat yang mendaftar dikenai biaya Rp 240 ribu. Itu sudah disubsidi pusat. Biaya itu sudah termasuk untuk survei, pemasangan, dan administrasi.”Kemudian sambungan reguler Rp 1,3 juta dengan anggaran APBD Gunungkidul,’’ jelasnya.
Anggota DPRD Gunungkidul Heri Nugroho mengapreasiasi program SMBR maupun reguler yang dilakukan PDAM Tirta Handayani ini. Hanya saja ke depan pihaknya meminta kepada eksekutif agar lebih fokus pada debit air. Seberapa pun banyak sambungan ke rumah tangga, jika debit air kecil pasti bermasalah. Ini penting karena hingga sekarang masih ditemukan kasus air hanya nyala pada malam hari atau bergilir. “Tanpa mengurangi lebarnya akses air kepada masyarakat, persoalan debit harus diperhatikan,” kata Heri. (gun/din/mg4)