Terkendala Pasokan Bahan Baku

SLEMAN – Potensi olahan produk kelapa di DIJ sangat terbuka. Hanya saja para pelakunya belum memiliki keberanian untuk membuka usaha dalam skala besar.

Menurut Syaukani dari PT Kerambil Hijau, salah satunya karena alasan ketersediaan bahan baku sebesar 50 ton per minggu. Kelemahan lainnya, tidak ada keberanian untuk mengesekusi usaha tersebut. “Di Jogja itu kelemahannya banyak diskusi tetapi tidak ada yang berani eksekusi,” kata Syaukani yang merupakan salah satu narasumber dalam Temu Mitra Koperasi Kelapa Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di Hotel Jayakarta Jumat (6/4).

Syaukani yang memiliki pabrik pengolahan kelapa menjadi minyak dan Virgin Coconut Oil (VCO) di Pakem Sleman itu mengakui, tantangan usaha kelapa di DIJ berbeda dengan daerah lain. “Terutama terkait dengan pasokan bahan baku,” ungkapnya.

Sebenarnya, lanjut dia, di daerah Kalibawang Kulonprogo banyak memiliki pohon kelapa. Dari sisi jaraknya juga tidak jauh bisa ditempuh dengan sepeda motor. Dia membandingkan dengan daerah lain misalnya di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mengirim bahan baku kelapa harus dengan perjalanan laut selama sembilan jam.

“Jika ingin usaha produksi kelapa di DIJ maju dan berkembang, perlu ada keberanian termasuk dengan cara membentuk kelompok atau plasma untuk menutup kekurangan pasokan bahan baku,” pesannya.

Syaukani yang sudah bertahun-tahun menekuni bisnis ini menambahkan, semua usaha tidak bisa berjalan instan dalam arti langsung mencapai sukses.
“Namanya usaha itu pasti ada jatuh bangun. Tetapi jangan berhenti ketika jatuh. Jika jatuh kemudian langsung menutup usahanya maka modalnya hilang,” ujarnya di hadapan peserta yang datang dari berbagai daerah di Indonesia itu.

Dalam kegiatan Temu Mitra Koperasi Kelapa yang difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM RI ini dia berharap ada tindak lanjut misalnya bimbingan teknis yang disusul praktik langsung.
Cara serupa pernah dia praktikan di luar Jawa, langsung tersedia tumpukan kelapa disertai mesin sehingga tinggal melakukan prosesnya.

Deputi Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Simanungkalit, menjelaskan kegiatan Temu Mitra Koperasi Kelapa kali ini merupakan salah satu upaya kementerian untuk meningkatkan daya saing UKM dan Koperasi agar naik kelas serta mampu bersaing.
“Pertemuan ini juga dimaksudkan untuk konsolidasi koperasi terutama koperasi kelapa,” jelasnya.
Selain itu, juga untuk mengubah mindset (pola pikir) petani kelapa selama ini bahwa mereka tidak hanya menjadi petani tetapi juga dapat terjun ke industri pengolahan kelapa menjadi minyak dan VCO. (pra/ong)