JOGJA- Pentolan Teater Gandrik Butet Kartaredjasa memastikan bisa ikut dalam pementasan Para Pensiunan 2049. Bersama Teater Gandrik, Butet akan mentas 8 April dan 9 April di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan 25-26 April di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta.

Butet sebelumnya mengalami sakit jantung. Penyakitnya kambuh dan membuatnya ambruk di atas panggung sedang memerankan Semar dalam pertujukan teater Kanjeng Sepuh di Grha Bhkati Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta beberapa waktu lalu.”Dia sedang rajin olahraga untuk persiapan pentas,’’ ujar  sutradara pementasan Para Pensiunan 2049 Djaduk Ferianto, Jumat (5/4).

Djaduk mengatakan, naskah Para Pensiunan 2049 ini merupakan hasil saduran dari karya almarhum Heru Kesawa Murti berjudul Pensiunan yang dibuat 1986 silam.”Naskah kemudian ditulis ulang oleh Agus Noor dan Susilo Nugroho. Judulnya juga diganti agar dapat diterima dan dimengerti generasi muda,” kata Djaduk, Jumat (5/4).

Sesuai dengan ciri khas Teater Gandrik, mereka tetap akan menyuguhkan hiburan segar dan guyonan khas. Ditampilkan dengan guyonan parikeno atau sindiran secara halus. Seperti mengejek diri sendiri. Para Pensiunan 2049 dikemas dalam horor komedi.

Menurut Djaduk, pementasan ini menceritakan ada bekas pemimpin bangsa yang sudah berkuasa selama 32 tahun di negeri antah berantah. Sudah mati. Tetapi mayatnya tidak bisa dikubur. Karena tidak punya surat keterangan kematian yang baik (SKKB).Juru kunci tidak mau mengubur. Karena tidak ada SKKB ini, jadi lakon sedikit dibuat horor supaya makin greget. Jadi mau dikemanakan jenazah ini. “Ini yang membuat cerita ini haru dan lucu,” tambah Djaduk.

Ditambahkannya, kehidupan para pensiun menjadi gelisah ketika Komisi Pertimbangan Kematian (KPK) mengharuskan semua orang yang mati wajib memiliki SKKB. “Jadi ini berlalu untuk para koruptor agar jera,” jelasnya.

Pementasan ini akan menampilkan Butet Kartaredjasa, Susilo Nugroho, Jujuk Prabowo, Rulyani Isfihana, Sepnu Heryanto, Gunawan Maryanto, Citra Pratiwi, Feri Ludiyanto, Jamiatut  Tarwiyah, Nunung Deni Puspitasari, Kusen Ali, M Yusuf, M Arif Wijayanto, Muhammad Ramdan, dan Akhmad Yusuf Pratama.(cr8/din/mg1)