JOGJA – Kecintaannya terhadap seni kriya keramik menghantarkan si kembar Rio Pujaya, 24, dan Dio Pujaka, 24, ini menjadi pengusaha sukses kerajinan keramik. Prinsip mereka adalah, sekali terjun harus menyelam.

Keduanya memang kompak. Tidak hanya saat mengenyam pendidikan. Mereka menyukai bidang yang sama, yakni seni kriya. Bahkan, mengelola usaha bersama bernama Luthuk Keramik. Lokasinya di Jalan Jayeng Prawiran, No 5 Jogjakarta.

Rio mengungkapkan, usahanya di mulai sejak 2013. Saat itu mereka sekolah di SMIK Jogjakarta. Saat itu Rio dan Dio membuat kelompok usaha bersama seorang teman. Mereka menerima pesanan aksesoris keramik. Sejak saat itu, usahanya berkembang hingga dia menjadi mahasiswa di Institut Seni Indonesia Jogjakarta. Mereka sama-sama mengambil jurusan sama di Seni Kriya Keramik. Hingga salah satu personil lepas. Dan usaha itu tetap dilanjutkan. ”Saya dan a Dio yang meneruskan,” kata Rio.

Meski dia mengaku tak berniat jadi seorang pengusaha, namun dorongan besar justru datang dari Dio. Mereka juga terinspirasi kisah sukses sejumlah pengusaha. Termasuk pengusaha-pengusaha dari luar luar negeri.

Hingga 2017 karya-karya kerajinan keramik mereka telah memasuki pasar luas. Mulai dari cafe, restoran, dan hotel. Pesanan dari luar kota pun semakin deras menghampiri.

Rio menceritakan, hasil kerajinannya berbeda dan punya ciri khas tersendiri. Selain proses pembuatannya handmade, juga memiliki warna dan bentuk yang khas. Semua stylenya mengacu pada mata studi nirmana. Pelajaran desain dasar sewaktu kuliah. Dengan bekal itu. Rio dan Dio bebas berekspresi. Menciptakan desain yang unik. Berupa, garis-garis, titik, bidang bahkan abstrak. ”Warnanya saya punya resep sendiri. Ada tiga jenis warna. Warna pastel atau dove, warna natural, dan warna glossy,” ungkapnya.

Puluhan produk dan desain sudah mereka buat. Ada yang simple dan rumit. Produknya antara lain, gelas, piring, teko, hiasan dinding, frame, dan dekorasi interior lainnya. Bahkan, pangsa pasarnya meluas di toko-toko sepanjang Malioboro. Dalam satu bulan omsetnya mencapai puluhan juta. Dengan harga produk termurah gantungan kunci dan kalung Rp 5 ribu hingga Rp 15 ribu. Sementara harga tertinggi berupa hiasan patung dan produk dengan kerumitan tinggi mencapai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.

Meski demikian, Rio mengaku menemui kendala. Bahan baku tanah liat yang dipesan dari Sukabumi tak selalu sama. Setiap pengiriman berbeda. Kendati begitu, dia dapat mengatasinya. Dia seolah sudah mengenal karakter tanah. Selain itu proses pembakaran keramik juga tak mudah harus jeli dan berhati-hati.Tujuannya, agar pembakaran merata dan tidak gosong.

Prosesnya dimulai dari pengelolaan tanah. Kemudian pembentukan, pengeringan, dibakar setengah matang dengan suhu 800 derajat, diwarnai dan tahap akhir dibakar menggunakan suhu 1.200 derajat.

Selain menjual online dia juga menawarkan kesejumlah toko aksesoris di Jogja. Dia juga menjual secara online. Selain menerima pesanan, dia juga membuka pelatihan membuat keramik. Bahkan mereka melakukan workshop di Bojonegoro, Surabaya, dan Papua.

Pada 2013 mereka pernah mendapatkan penghargaan lomba keramik tingkat nasional. ”Mengelola usaha itu harus sabar dan selalu bersyukur. Tetap optimistis dan yakin pasti bisa,” ucap Rio. (cr6/din/mg2)