JOGJA – Ada yang berbeda dalam peringatan Hari Bumi Sedunia tahun 2019 di Kota Jogja, Senin (22/4). Puluhan orang dari kelompok yang menamakan diri Aliansi Muda-Mudi Membumi, melakukan  aksi sosial memunguti sampah di sepanjang Jalan Malioboro.

WINDA ATIKA IRA PUSPITA, Jogja

Tak ada rasa sungkan, apalagi jijik saat anggota Aliansi Muda-Mudi Membumi terjun ke kawasan legendaris di Kota Jogja ini. Mereka langsung ambil sampah, baik kertas, puntung rokok atau plastik yang dilihatnya saat menyusuri Malioboro.

Sampah-sampah itu pun segera dimasukkan ke kantong-kantong plastik, keranjang atau tempat lain yang sudah disiapkan. Sasaran lokasinya, mulai dari utara atau ujung Jalan Malioboro hingga depan Pasar Beringharjo dan berakhir di Titik Nol Kilomter.

Mereka melakukan aksi sosial dengan penuh kegembiraan. Pokoknya setiap melihat sampah berceceran, langsung diambil oleh kelompok aliansi gabungan dari mahasiswa, ormas, individu-individu independen, dan paguyuban becak montor (bentor) ini.

Nah, di sela memunguti sampah ini, mereka tak lupa membagikan brosur kepada masyarakat di sekitar Malioboro. Brosurnya berisi kampanye sebagai bentuk perhatian dan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar.

Pada sebagian kelompok di depan, mereka juga membawa panel surya atau pembangkit listrik teknologi mikrohidro sebagai produksi energi. Ini sebagai upaya yang bisa dilakukan untuk melindungi bumi dan lingkungan sekitar.

Upaya lainnya di luar itu adalah membuat gagasan dan tindakan seperti bank sampah. Dengan  adanya bank sampah, maka sampah yang ada bisa didaur ulang menjadi barang dengan nilai ekonomis. Ini sekaligus untuk mengurangi sampah.

Syafiatudina, humas panitia acara ini mengatakan, lewat aksi yang dilakukan ingin  mengajak dan menyadarkan kepada masyarakat terhadap keadaan sekitar. Sekaligus menguatkan gerakan masyarakat sipil untuk keadilan ekologis.

“Ya, ini merupakan ajakan kami untuk menarik perhatian publik dan pemerintah terhadap empat masalah utama yang ada di Jogja,”  ujar Syafiatudina. Empat masalah itu adalah industri pariwisata, pengelolaan sampah dan limbah, pertambangan, dan energi kotor.

Ia menilai pemerintah giat membuat kebijakan yang tidak mempertimbangkan dampak negatif pembangunan infrastruktur. Soal idustri pariwisata yang masif tentang kerusakan bentang alam   akibat penguasaan tanah.

Untuk pengelolaan sampah dan limbah, di mana hampir terjadi masalah di seluruh wilayah Indonesia. Juga masalah akibat pertambangan yang berlangsung di dalam dan di atas bumi, serta masalah energi kotor.

Aliansi Muda-Mudi Membumi ini menilai, dinamika gerakan lingkungan perlu kajian yang saling terkait dan membongkar pemahaman keliru tentang tanah, air, dan berbagai kandungan mineral sebagai aset dan sumber pendapatan daerah. Pemahaman yang keliru ini telah mendorong proyek-proyek eksploitasi sumber daya alam yang telah merusak lingkungan dan berbagai kehidupan di sekitarnya. (laz/er)