PURWOREJO – Bruno, sebuah kecamatan di Purworejo menyimpan sejuta potensi alam yang tidak tidak didapatkan di tempat lain. Posisinya yang relatif jauh dari ibukota kabupaten menjadikan kawasan ini belum banyak terlihat. Seiring maraknya media sosial, keberadaan dan potensi alamnya mulai terlihat. Kini banyak orang datang ke kawasan itu.

BUDI AGUNG, Purworejo

Mengajak orang berwisata ke Kecamatan Bruno, bagi warga Purworejo masih mengalami kesulitan. Orang akan langsung membayangkan betapa sulitnya mencapai kawasan itu. Bagi mereka yang tidak memiliki cukup mental, dipastikan akan mundur dan memilih ke tempat lain.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Purworejo tidak pernah lelah untuk menawarkan banyaknya destinasi wisata di Bruno. Bahkan mereka menggagas ada layanan jalanan khusus, di mana melewatkan kawasan itu bagi wisatawan dari luar kota pengguna moda transportasi kereta api yang turun di Kutoarjo.

Wisatawan yang hendak ke Dieng, akan diarahkan menyusuri jalan provinsi yang memasukkan kawasan itu sebagai wilayah tanggung jawabnya. Eksotisme sepanjang jalan memang memberikan nuansa yang berbeda. Katakan tanpa memakai karcis tanda masuk pun sudah bisa mendapatkan berbagai pemandangan yang sayang jika tidak diabadikan.

Di antara beberapa potensi wisata yang mulai menggeliat seperti Bukit Khayangan Sigendol di Desa Giyombong, Curug Kyai Kate dan Curug Gunung Putri di Desa Cepedak. Selain itu, objek wisata lama yang tidak kalah menarik adalah Curug Muncar di Desa Kaliwungu.

Ketiadaan akses jalan tetap memang menjadikan objek wisata ini kurang terperhatikan. Untuk wisata keluarga, Curug Muncar memang bukan sebuah rekomendasi. Namun bagi penggila wisata minat khusus, kawasan ini cocok untuk dieksplorasi dan menjadi catatan tersendiri.

Bersama senjumlah awak media dan penggiat media sosial, Radar Jogja berkesempatan menyusuri jalan sempit menuju ke Curug Muncar yang memiliki ketinggian air terjun sekitar 100 meter. Tantangan tersendiri untuk menaklukkan jalan hutan yang penuh pepohonan besar.

“Untuk hash dan penikmat wisata khusus, ini sangat cocok,” kata Pambudi Nugraha, salah seorang jurnalis televisi. Turun dari pinggir jalan utama Kutoarjo-Wonosobo melalui jalur Bruno, pengunjung akan turun di Desa Kaliwungu yang dilanjutkan menggunakan sepeda motor yang akan dibawa oleh warga setempat.

Ada areal perkampungan dan persawahan yang harus disusuri jalan berabat beton itu. Kendaraan akan berhenti di sebuah rumah terakhir di ujung desa sebelum menuju air terjun ini. Perjalanan dilanjutkan jalan kaki sekitar 400 meter dengan kondisi jalan tanah dan tidak terlalu tinggi.

Sangat menguras keringat untuk mencapai titik itu. Namun semua terbayarkan dengan panorama yang ada di Curug Muncar, karena masih alami tanpa ada sentuhan apa pun. Ada sedikit tanah lapang untuk beristirahat sejenak sebelum menyapa air yang ada.

Batu-batuan besar pun menanti untuk disentuh dan diinjak untuk bisa tepat berada di bawah terjunan air. Kesegaran air alam akan membasuh semua lelah yang ada.

“Curug Muncar memang destinasi menarik yang dimiliki Bruno. Letaknya agak jauh dari pemukiman, tapi panoramanya luar biasa. Kami mendorong warga desa memiliki Pokdarwis dan membuat paket wisata menarik di tempat ini,” kata Andang Nugerahatara Sutrisno dari Dinas Pariwisata Purworejo.

Benar saja, warga pun telah bersiap dengan membawa hidangan makanan kecil yang ada. Makananannya pun khas desa, mulai dari lupis, getuk, tahu, dan lainnya. Tidak lupa air kelapa muda yang mudah diperoleh pun bisa disajikan.

“Untuk bisa mendapatkan semua ini, kalau ada wisatawan yang hendak ke Curug Muncar kami arahkan menghubungi desa setempat, sehingga ada pemandu dan layanan seperti ini,”  tambah Andang. (laz/zl)