JOGJA – Tahapan Pemilu 2019 di DIY memasuki tahapan akhir. Dari keseluruhan proses kini tersisa rekapitulasi tingkat provinsi. Selama itu pula pengawalan Pemilu dilakukan Kepolisian. Kapolda DIY Irjen Ahmad Dofiri memandang penyelenggaran pemilu telah berlangsung jujur, adil, transparan dan demokratis. Jenderal polisi bintang dua ini memandang warga DIY mampu mengisi pesta demokrasi dengan nilai kesantunan yang tinggi. Terbukti meskipun masuk dalam daftar rawan nomor dua namun pelaksanaan pemilu di DIY berjalan kondusif, aman dan tertib. Wartawan Radar Jogja, Dwi Agus berkesempatan mewancarai langsung mantan Kapolresta Jogja itu.
Seperti apa pengamatan dari Polda DIY mengenai pelaksanaan Pemilu 2019?
Kalau kami amati proses pelaksanaan pemilu 2019, di DIY mulai dari pendataan, kampanye, sampai dengan pencoblosan terasa antusiasme yang luar biasa. Memang DIY masuk daftar rawan Bawaslu RI, nomor dua setelah Papua Barat tapi cenderung kondusif. Pelaksanaan memang ada gesekan, tapi masih bisa dikendalikan dan kondusif. Ini karena kesadaran dari masing-masing parpol dan tokohnya memiliki kedewasaan yang semakin bagus.
Jadi bisa dibilang lebih kondusif dan tertata?
Diluar ekspetasi, DIY terkenal memiliki budaya kampanye yang kuat. Salah satunya menggunakan kendaraan bermotor dengan knalpot blombongan. Tahun ini berkurang 80 persen. Seluruh tokoh parpol hingga akar rumput sepakat untuk kampanye lebih simpatik. Mampu mengubah wajah kampanye di DIY.
Melihat persiapan pra hingga pasca Pemilu ini sendiri?
Sempat melihat persiapan di setiap daerah bersama Danrem 072/Pamungkas. Bagaimana proses pengiriman, penyimpanan dan pengamanan logistik khususnya di Bantul dan Gunungkidul. Antusiasme panitia (KPPS) sangat baik sekali dan tidak ada masalah. DIY tergolong memiliki wilayah geografis cenderung landau. Sehingga distribusi logistik mudah dijangkau. Lalu petugasnya sangat antusias bahkan sejak pendataan calon pemilih dimulai.
Bagaimana saat pencoblosan?
Secara keseluruhan pelaksanaan di seluruh TPS relatif kondusif. Meski memang ada beberapa TPS yang terkendala surat suara untuk A5. Ini karena minat partisipasi menyalurkan hak pilih khususnya para mahasiswa sangat tinggi.
Lalu bagaimana melihat dinamika pemilu?
Pemilu tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Berlangsung secara serentak untuk lima surat suara sekaligus. Meski terbilang komplek tapi pelaksanaan Pemilu 2019 menjadi ajang pesta demokrasi yang berlangsung secara jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia. Ini bisa tercipta dengan sangat baik. Dinamika pasti ada, tapi saya melihat peserta maupun penyelenggara bisa bersikap sangat bijak dan dewasa. Mampu menyatakan keberatan atas hasil dengan cara yang seharusnya. Bukan membuat keruh atau ricuh. Bisa menerima hasil dengan sikap yang demokratis.
Saat ini proses rekapitulasi masih berlangsung, tanggapannya?
Optimis tetap berjalan dengan lancar. Tinggal satu wilayah saja Sleman dan itupun sudah mau rampung. Untuk wilayah lain rekapitulasi berjalan aman dan lancar. Selanjutnya adalah rekapitulasi di tingkat provinsi. Dalam rapat pleno pembukaan saya sempat mengikuti prosesnya. Sangat terbuka dan transparan sekali. Semua data dibacakan didepan khalayak umum untuk selanjutnya diinput. Inilah yang dinamakan keterbukaan dan transparansi.
Pesan untuk warga yang masih menunggu hasil rekapitulasi?
Silahkan mengikuti tahapan rekapitulasi dengan kondusif. Informasi sangat terbuka dan bisa diakses. Jika memang ada keberatan khususnya para saksi sampaikan dengan cara yang tepat melalui mahkamah konstitusi. Tidak dengan cara yang membuat kericuhan, pertahankan ciri khas Jogjakarta yang santun dalam menikmati pesta demokrasi. (pra/by)