JOGJA – Tak sedikit orang asing datang ke Jogjakarta untuk belajar karya seni dan budaya. Kamis (16/5) sembilan guru asal University of Perpetual Help System DALTA Filipina mengikuti kelas seni kriya etsa logam. Berikut pengalaman mereka.
WINDA ATIKA IRA PUSPITA, Jogja
Selembar kertas bergambar bunga ada di atas meja ruang praktik etsa SMKN 5 Jogja, Kamis (16/5). Sejenak Judee Anne T. Castillo mengamati desain gambar yang ada di depannya itu. Cukup serius. Dia lantas mengambil lembaran pelat logam kuning tipis yang di sebelah kertas itu. Tak lama kemudian dia lantas menempelkan lembaran logam di atas kertas desain. Lalu menekannya menggunakan alat sondet. Pelan-pelan. Telaten. Saat itu Judee bersama delapan guru lain. Sama-sama asal Filipina. Mereka mengerjakan hal serupa. Semua tampak konsentrasi.
Sesekali dia memperhatikan hasil ukir tekannya itu. Lalu dikonsultasikan hasilnya kepada guru pendamping. “Sebelumnya saya tidak pernah buat karya seperti ini. Hanya di Indonesia saya belajar kerajinan ini, ” ujarnya kepada Radar Jogja.
Judee memang tak secepat Vicente M.Rabang. Sejawatnya sesama guru itu. Namun Judee mengaku tak mengalami kesulitan berarti. Pelan tapi pasti hasil karyanya pun selesai. Nyaris sempurna. Sangat mirip dengan desainnya. “Saya suka belajar ini. Saya enjoy,” lanjutnya.
Vicente menjadi yang pertama selesai mengerjakan etsa di atas pelat lobam berukuran 20 x 20 sentimeter persegi itu. Itu juga menjadi pengalaman pertamanya mengerjakan seni kerajinan unik Indonesia. Berbeda dengan rekan-rekannya, Vicente tampak lebih santai mengerjakan etsa logam. Raut wajahnya tak tampak spaneng. “Saya sangat menikmati kreativitas ini dan ingin belajar banyak supaya lebih pintar,” katanya.
Apa yang Judee dan Vicente lakukan menjadi bagian ajang pertukaran kebudayaan yang diinisiasi Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Filipina. Mereka akan berada di Jogjakarta selama tiga hari. Selain etsa logam, di SMKN 5 Jogja mereka juga belajar membuat kerajinan batik dan tatah sungging kulit. Membatik untuk kain syal. Kerajinan tatah sungging kulit untuk membuat gantungan kunci.
Rombongan delegasi Filipina juga menimba ilmu budaya berupa tari kreasi di SMAN 8 Jogja. Sedangkan seni karawitan mereka pelajari di SMA Muhammadiyah 1 Jogja. Mereka juga dijadwalkan untuk belajar aneka kebudayaan Jogjakarta dengan mengunjungi SMAN 3 Jogja, SMAN 2 Jogja, dan SMAN 1 Kokap, Kulonprogo.
Bagi jajaran SMKN 5 Jogja, kehadiran sembilan guru asal Filipina menjadi sarana promosi budaya yang potensial. Terlebih bagi sekolah. Sehingga bisa lebih dikenal oleh publik. “Syukur-syukur setelah kegiatan ini sekolah kami bisa dikenal sampai mancanegara,” harap Humas SMKN 5 Jogja Nuryanti. (yog/fj)