BANTUL – Pemkab melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul terus memutar otak untuk menangani pengelolaan sampah di pasar rakyat. Salah satu tujuannya agar tumpukan sampah pasar rakyat yang dibuang ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan minim.

Kepala DLH Bantul Ari Budi Nugroho mengungkapkan, sampah pasar rakyat yang dibuang ke TPST Piyungan masih tinggi. Satu pasar sedikitnya menghasilkan 10 ton sampah per hari. Tumpukan sampah itu diangkut tiga hingga empat truk.

”Padahal, di Bantul ada lima pasar rakyat besar, sehingga sampah harus ditekan. Tidak dibuang ke TPST lagi,” jelas Ari saat ditemui di kompleks Parasamya Selasa (21/5).

Di antara strategi yang dipersiapkan DLH adalah menjalin kerja sama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan sampah. Toh, beberapa pasar besar telah memiliki fasilitas. Di antaranya, bangunan pemilah sampah dan alat pencacah. Kendati begitu, Ari menegaskan, strategi itu masih dalam tahap kajian.

”Ini baru kami lakukan kajian mekanismenya seperti apa,” ucapnya.

Ari meyakini kerja sama ini bisa saling menguntungkan. Sampah plastik yang telah dipilah bisa dijual. Sedangkan sampah organik yang telah dicacah bisa dijadikan pupuk kompos.

Menurutnya, pengelolaan sampah di pasar rakyat belum optimal, antara lain, lantaran minimnya pegawai. Padahal, jumlah pegawai berbanding lurus dengan volume sampah.

”Ke depan, sampah di pasar harus terselesaikan,” tegasnya.

Sekretaris DLH Bantul Wachid menyebut ada lima pasar rakyat yang memiliki fasilitas lengkap. Yakni, Pasar Bantul, Pasar Niten, Pasar Pijenan, Pasar Imogiri, dan Pasar Piyungan. Bahkan, Pasar Niten telah menjadi percontohan dalam penanganan sampah.

”Di Pasar Niten sudah ada penambahan alat membuat pupuk cair,” tuturnya.

Dari itu, Wachid menargetkan beberapa pasar rakyat lain bisa mengolah sampah menjadi pupuk cair. Agar pengelolaan sampah benar-benar bisa maksimal. (cr6/zam/zl)