JOGJA – Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada (STAIMS) Jogjakarta menorehkan prestasi istimewa. STAIMS memiliki seorang doktor lagi. Suparman, salah seorang dosen, sukses meraih gelar doktor dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan predikat memuaskan.
Suparman berhasil mempertahankan disertasi dalam sidang terbuka promosi doktor di kampus UNY Kamis (13/6). Disertasinya berjudul Model Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sleman.
Komisi promotor/penguji dalam sidang tersebut terdiri dari Co-promotor FX. Sudarsono PhD, penguji Dr Heri Retnowati, Prof Dr Marsigit MA, Dr Edi Istiyono, dan Prof Kumaidi PhD.
Prof Marsigit, yang juga direktur Pascasarjana UNY, mengatakan, Suparman menjadi doktor ke-476 lulusan Pascasarjana UNY dan yang ke-223 dari program studi Penelitian dan Evaluasi Pendidika (PEP).
”Dengan memperhatikan isi presentasi dan disertasi, serta mengikuti proses ujian, kami memperoleh kesimpulan bahwa Saudara dapat mempertahankan disertasi dengan cukup baik. Untuk itu, kami memutuskan memberikan gelar doktor kependidikan dalam bidang penelitian dan evaluasi pendidikan dengan predikat memuaskan,” kata Prof Marsigit.
Di tempat yang sama, Co-promotor FX Sudarsono, Ph.D mewakili Promotor Prof. Djemari Mardapi, Ph.D yang berhalangan hadir karena sakit menyampaikan, gelar doktor yang saat ini disandang oleh Suparman bukan merupakan titik akhir pencapaian. Namun, hal itu adalah titik awal babak baru untuk berkiprah di dunia pendidikan.
Selanjutnya, pihaknya juga menyampaikan jika dalam masa pembimbingan ada hal-hal yang kurang memuaskan dan kurang maksimal maka promotor dan co-promotor meminta maaf jika. ”Karena kadang harus menyesuaikan dengan kondisi dan waktu,” imbuhnya.
Salah satu penguji, Prof Kumaidi, Ph.D mengatakan, instrumen penelitian walaupun belum ideal dapat dipakai untuk menilai kinerja guru di kelas. Memanfaatkan siswa sebagai stakeholders utama. Maka siswalah unsur terpenting dalam instrumen penelitian Suparman, sebagai pemberi infomasi kinerja guru.
“Pengolahan data atau informasi yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan penilaiannya untuk apa. Bisa saja untuk akuntabilitas, untuk pembinaan guru agar ke depan kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan,” jelasnya.
Dalam sambutannya setelah ujian doktoral, Prof Marsigit mengapresiasi Dr Suparman yang mempercayakan studi doktoralnya di Pascasarjana UNY. Pihaknya juga berharap, Dr Suparman bisa menjadi titik awal kiprah meniti karir sebagai Ketua Program Studi PAI di STAIMS Jogjakarta. (riz/naf/amd)
Penilaian Kinerja Guru Tuntas Tiga Hari
Setelah bergulat selama dua tahun, disertasi Suparman berjudul Model Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sleman paripurna dan dapat diajukan untuk diuji. Hasilnya sungguh spesial. Disertasi tersebut sukses dipertahankan di hadapan penguji dengan predikat memuaskan.
Suparman berharap model dari disertasinya dapat dikembangkan sehingga membawa kemanfaatan bagi dunia pendidikan Indonesia. Pria kelahiran Sleman, 4 April 1971 itu menuturkan, ide dasar penelitiannya konsen pada upaya peningkatan pendidikan. Namun, hal itu bukan berarti pendidikan di Indonesia saat ini tidak baik.
”Pendidikan sudah baik. Tetapi, terus harus dikembangkan dan ditingkatkan. Karena itu, saya melihat kinerja guru, dari sisi pembelajarannya di kelas, penting untuk dikaji,” tuturnya.
Menurutnya, kinerja guru yang baik akan berdampak pada meningkatnya prestasi peserta didik. Selanjutnya, jika kinerja guru baik maka proses pembelajaran yang baik akan berdampak meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
”Rata-rata kinerja guru perlu ditingkatkan, walaupun kondisinya sudah baik. Agar secara nasional dan internasional prestasi pendidikan kita terus meningkat. Saat ini memang penilainya masih peserta didik. Tapi, bisa dimungkinkan dikembangkan untuk model penilaian kepada atasan, teman sejawat, dan bisa bawahan,” jelasnya.
Meskipun kinerja guru saat ini sudah cukup baik, Suparman menegaskan, tidak menutup kemungkinan dalam sebuah institusi pendidikan ada beberapa guru yang kinerjanya masih kurang baik. Menurutnya, model penilaian kinerja guru yang dibuatnya bisa dimaksimalkan untuk merapatkan gap kinerja guru.
Model ini juga menjaga performa kinerja guru yang sudah baik. Selain juga, memacu kinerja guru lainnya sehingga tercipta kinerja rata-rata guru yang semakin baik. ”Model penilaian ini bisa diaplikasikan di sekolah, SMP terutama. Sebab, konsen penelitian kami sebelumnya di SMP. Kepala sekolah atau pengawas dapat memotret kinerja guru yang ada di sekolah tersebut,” paparnya.
Mengenai proses penyusunan disertasi, alumnus Psikologi-Psikometri UGM mengaku, secara keseluruhan prosesnya memerlukan waktu sekitar dua tahun. Dimulai tahap penyusunan proposal, membuat kisi-kisi, instrumen, hingga terjun ke lapangan. Lantas, membuat analisis, menyusun laporan, hingga selesai.
Dia mengaku menjumpai beberapa kesulitan. Salah satunya karena basik pendidikanya bukan dari jurusan matematika. Padahal, hal yang banyak dijelaskan dalam disertasinya berbasis pengukuran. Namun, hal itu dapat diatasi dengan bantuan rekan-rekannya dalam satu angkatan.
Penelitian yang dilakukan Suparman meliputi lima tahapan. Yaitu pengembangan awal, rancangan instrumen, pembakuan instrumen, kontruksi model, dan interpretasi hasil. Sementara subjek uji coba adalah peserta didik di SMPN 1 Sleman, SMPN 3 Sleman, SMPN 1 Mlati, SMPN 1 Tempel, dan SMPN 4 Pakem. Uji coba menggunakan 332 sampel. Sedangkan saat implementasi menggunakan 628 peserta didik. (riz/naf/amd)