JOGJA – Jatuhnya harga ayam broiler tidak hanya dialami peternak di beberapa daerah. Para peternak yang tergabung dalam Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (APAYO) juga mengalami nasib serupa. Harga ayam broiler jatuh ke titik terendah. Hanya di angka Rp 7.000 hingga Rp 8.500 per kilogram (kg) di tingkat peternak. Dampaknya, para peternak mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.

Ketua APAYO Hari Wibowo menyebut kerugian itu mulai terasa sejak sepuluh bulan terakhir. Persisnya sejak harga ayam konsumsi itu turun pada September tahun lalu. Puncaknya pada bulan ini. Sebab, harga standar ayam broiler di tingkat peternak idealnya di angka Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per kg.

”Ada 400 peternak yang tergabung dalam APAYO. Mereka rata-rata memelihara 3.000 hingga 5.000 ekor,” keluh Hari Wibowo saat dihubungi Selasa (25/6).

Meski jatuh di angka terendah, peternak tetap kesulitan mencari pedagang. Para peternak saling berebut mencari pedagang yang menampung. Saking sulitnya, peternak terpaksa berlomba-lomba menjual peliharaannya dengan harga terendah. Bahkan, sebagai bentuk protes, APAYO hari ini berencana membagikan 5.000 ekor gratis di empat titik. Yakni, sekitar Balai Kota Jogja, depan Balai Pamungkas Kridosono, parkiran Sriwedari Taman Pintar, dan Alun-Alun Utara.

”(Membagikan gratis, Red) memang rugi. Tapi, daripada jatuhnya ke bakul, mending kami bagi-bagi ke masyarakat,” ujar Hari berpesan masyarakat yang ingin mengambil ayam gratis mengantre dengan tertib.

Anjloknya harga ayam broiler, Hari memastikan, bukan faktor permainan. Melainkan akibat para peternak salah perhitungan. Masa panen para peternak hampir bersamaan, sehingga suplai di pasaran melimpah. Itu diperparah dengan turunnya permintaan pasar.

”Para peternak mampu menyuplai 150 ribu ekor ayam di Jogja per hari,” ucapnya.

Jika peternak berencana bagi-bagi ayam gratis sebagai bentuk protes, beberapa pedagang justru merasa ketar-ketir. Mereka khawatir aksi itu merusak harga ayam broiler di pasaran. Juga memengaruhi permintaan konsumen.

”Acara (pembagian ayam, Red) membunuh pedagang. Soalnya otomatis stok ayamnya (peternak) habis. Nanti naiknya (harga ayam, Red) bisa signifikan,” kata Marno, pedagang ayam di Pasar Terban.

Kendati begitu, pria 50 tahun itu memahami rencana aksi tersebut. Peternak ingin mengakhiri masa anjloknya harga ayam broiler.

Seperti APAYO, para peternak di wilayah Magelang, Jawa Tengah juga merugi besar. Bahkan, peternak yang menjalin kemitraan terancam gulung tikar. Penyebabnya, harga DOC (day old chicken) atau bibit jauh lebih mahal dibanding ayam dewasa.

Supardi, seorang peternak menyebutkan, harga jual ayam broiler hanya dipatok Rp 8.000 per kg. Sedangkan harga DOC Rp 8.500 per ekor. Di sisi lain, para peternak yang menjalin kemitraan harus memenuhi ekspektasi mitra.

”Mereka (mitra) sudah mematok nilai kontrak harga ayam sebesar Rp 15 ribu per kg. Sekarang kita jadi nombok terus karena tidak bisa memenuhi kontrak,” keluh peternak di Dusun Klebeng, Tempak, Candimulyo, Magelang, ini.

Guna mengantisipasi anjloknya harga, Supardi meminta pemerintah membatasi produksi bibit ayam. Lantaran melimpahnya stok ayam broiler belakangan ini akibat tingginya permintaan DOC. (dwi/cr16/zam/rg)