SLEMAN – Penambangan liar di DIJ masih banyak terjadi. Salah satunya di Sleman. Baik di pekarangan maupun di sungai.
Kegiatan ilegal tersebut tentunya mengancam ekosistem. Apalagi jika penambangan dilakukan di sungai.
Hal tersebut menjadi sorotan Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS). Dimana dampak kerusakan yang ditimbulkan bisa sangat besar.
“Kami prihatin juga. Penambangan pasir di sungai yang tidak memperhatikan ekologi akan mengganggu ekosistem sungai,” kata Ketua FKSS, AG Irawan (5/7).
Menurut dia, batu, kerikil, dan pasir memiliki fungsi vital sebagai penyeimbang ekosistem. Kerikil dan batuan bersifat menyerap bakteri atau kuman yang dibawa arus sungai. Sehingga kejernihan air yang ada di sungai akan sangat bergantung seberapa banyak batuan atau kerikil di dalam sungai.
Irawan memaklumi jika dalih masyarakat yang melakukan aktivitas pertambangan adalah ekonomi. Hanya saja, dia mengingatkan agar jangan sampai mengganggu ekologi.
“Apalagi jika penambangan tersebut sampai menghilangkan mata air yang ada di pinggir-pinggir sungai,” kata Irawan.
Menurut dia, aktivitas ilegal di sungai tersebut masih banyak dilakukan. Paling banyak di Kali Kuning atau pada sungai yang berhulu di Merapi. Maka, ini saatnya pemerintah tegas menindak dan mengatur aktivitas penambangan.
“Jika penambangan pasir tersebut tidak berizin, pemerintah wajib segera menindak tegas. Segera pula dipasang papan larangan penambangan,” pinta Irawan.
Masyarakat dan komunitas terus mengingatkan agar pemerintah tegas menindak pelanggaran-pelanggaran di sungai. ‘’Apapun itu, bukan hanya penambangan,” tegas Irawan.
Sementara itu, keberadaan penambang pasir di aliran Sungai Bedog dikeluhkan warga. Mereka khawatir jika nantinya akan merusak tanggul atau bendungan.
“Memang sekarang sudah jarang, tapi tetap saja ada yang menambang,” keluh Hadi, warga Dusun Jaten, Sendangadi, Mlati.
Menurut dia, pada musim kemarau seperti ini jumlah penambang pasir bertambah. Biasanya, para penambang pasir beroperasi pagi atau malam. “Biasanya waktu kemarau, kalau hujan aliran sungainya deras, tidak berani menambang,” kata Hadi.
Warga, kata Hadi, juga mengingatkan agar para penambang yang merupakan warga dari luar desa untuk berhenti. Namun, tidak digubris. “Tidak mau berhenti. Dulu karena ada penambangan liar tebing di Sungai Bedog longsor,” ingat Hadi.
Pantauan Radar Jogja, aktivitas penambangan di Sungai Bedog masih berlangsung. Setidaknya ada tujuh orang penambang.
Mereka menggunakan alat tambang manual dan ban dalam mobil bekas sebagai tempat menaruh pasir. Mereka juga menambang dekat bendungan. (har/iwa/fj)