Biru Langitku Hijau Bumiku. Itulah tema peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tingkat Kabupaten Sleman 2019. Pemilihan tema itu sebagai wujud komitmen bersama semua pihak. Baik pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam upaya mengatasi bahaya pencemaran udara.
POLUSI udara saat ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan umat manusia. Dari data World Health Organization (WHO) ada 7 juta orang di dunia meninggal karena menghirup udara kotor setiap tahunnya. Atau sekitar 800 orang meninggal setiap jam akibat polusi udara.
Lewat rangkaian kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam. Termasuk melestarikan pohon dan tanaman hijau sebagai pemasok oksigen. Semua itu demi mencegah dan meminimalisasi polusi udara.
Kepala DLH Sleman Ir Dwi Anta Sudibya MT mengungkapkan, kondisi lingkungan di Sleman secara umum cukup baik. Pun demikian dengan indeks kualitas udara. “Indeks kualitas udara Kabupaten Sleman pada 2018 sebesar 78,73. Ini masuk kategori baik,” tutur Sudibya di sela acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Dusun Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik kemarin (10/7).
Lebih lanjut, Dibya mengajak masyarakat untuk menjaga kualitas udara itu. Agar tetap baik. Caranya dengan menanam pohon. Untuk menekan polusi udara. “Seperti tema peringatan kali ini yaitu ‘Biru Langitku Hijau Bumiku’. Ini merupakan wujud komitmen semua pihak untuk mengatasi bahaya pencemaran udara,” tegasnya.
Definisi tema tersebut yaitu, langit berwarna biru berarti tidak ada polusi udara. Minimnya polusi udara itu dikarenakan permukaan bumi banyak lahan hijau. Atau banyak pohon. “Ini sebenarnya bagian dari membudayakan perilaku untuk peduli dan merawat bumi,” jelasnya.
Sebagai salah satu upaya merawat bumi, DLH Sleman menyediakan 13 ribu batang bibit pohon. Bibit tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk ditanam di lahan pribadi maupun kelompok. “Bagi warga yang ingin tanam pohon bisa mengajukan permintaan bibit ke DLH,” imbaunya.
Waktu penanaman disarankan saat masuk musim penghujan. Antara September-Oktober. Itu demi menjaga ketersediaan air. Agar tanaman tumbuh subur.
Dalam kesempatan itu, Bupati Sleman Sri Purnomo menyatakan sedikit lega lantaran indeks kualitas udara di Sleman masih baik. Namun, dia menyayangkan keterbatasan pohon di wilayah Sleman. “Gedung banyak, pohonnya sedikit dan masyarakat padat. Itu yang mengakibatkan indeks kualitas udara tidak sehat,” tuturnya.
Kendati demikian, bupati menyebut langit di Sleman masih biru. Artinya, belum terlalu banyak polusi.
Karena itu, dia meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak menciptakan polusi udara berlebihan. “Caranya bagaimana? Ya banyak menanam pohon,” jelasnya.
Menanam pohon di kawasan perkotaan yang padat penduduk memang tidak mudah. Karena lahan hijau yang tersedia sangat terbatas. Namun bukan berarti warga perkotaan tak bisa menanam pohon. Sri Purnomo justru mendorong warga perkotaan memanfaatkan lahan sempit untuk bercocok tanam. “Terbatasnya lahan itu bisa diakali dengan menanam tumbuhan dengan pot,” katanya.
Bagi warga pedesaan, bupati juga mengimbau pentingnya merawat alam. Agar suasana desa yang dulunya hijau tetap hijau dan asri. “Mari buat alam yang asri sehingga air bisa mengalir cukup banyak. Pohon-pohon yang ada bisa dimaksimalkan pemanfaatannya,” ajaknya.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup kemarin diwarnai dengan aksi penanaman pohon, pelepasan satwa, dan pemberian penghargaan kepada para prestator bidang lingkungan hidup.
Sementara rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup yang diperingati setiap 5 Juni di Sleman juga disemarakkan dengan berbagai kegiatan. Di antaranya, pameran lingkungan hidup dalam rangka Hari Jadi Sleman, Hari Peduli Sampah di Kecamatan Berbah, dan aneka lomba bidang lingkungan hidup. Seperti lomba emisi kendaraan dinas roda empat, lomba cerdas cermat tingkat SMP dan SMA, serta lomba pembuatan film dokumenter bidang lingkungan hidup.(*/har/yog/by)