SLEMAN – Pemeran seni kontemporer Artjog kembali digelar untuk kali ke-12. Masih digelar di Jogja Nasional Museum (JNM) sebulan penuh pada 25 Juli-25 Agustus 2019.
Artjog menciptakan ruang pertemuan bagi publik dan pelaku kreatif. “Karena ini festival, tak hanya perupa yang dilibatkan. Termasuk desainer, film, dan music,’’ kata Direktur Artjog, Hery Pemad (11/7).
Artjog menjadi wadah seniman untuk berkarya. Memanjakan penggiat seni dan memberi pengalaman masyarakat mengapresiasi karya seniman.
Selain itu, Artjog menjadi ajang pembuktian bahwa seni berkontribusi pada masyarakat. Salah satunya bidang ekonomi.
“Kami bersama Badan Pusat Statistik (BPS) dan lembaga survei menghitung dampak seni yang begitu besar. Terutama bagi perekonomian masyarakat Jogja,’’ kata Hery.
Program manager Artjog Gading Narendra Paksi mengatakan, Artjog mengusung tema Common Space. Karya-karya yang dipamerkan menyoal ruang hidup sehari-hari.
Artjog mempertahankan beberapa program edukasi. Seperti Meet the Artist dan Curatorial Tour. Sedangkan LeksiKon merupakan program baru menyajikan wicara-seniman (artist talk) secara performatif.
“Keterlibatan para kreator ditampung dalam program Daily Performance dan Merchandise Project. Semua program dirancang dan dikelola untuk memperdalam intensitas keterlibatan public,’’ kata Gading.
Artjog diikuti 40 seniman se-Indonesia dan mancanegara. Sejumlah seniman muda dipilih melalui undangan aplikasi terbuka. Sebagian besar seniman dipilih melalui undangan khusus.
Lima seniman lintas displin akan menampilkan karya dalam skema proyek khusus. Mereka, Handiwirman Saputra, Riri Riza, Sunaryo, Teguh Ostenrik dan Piramida Gerilya. (cr16/iwa/by)