JOGJA – Tak seperti hari biasanya, suasana Alun-Alun Kidul Rabu sore (10/7) terasa berbeda. Lapangan yang biasanya penuh hiruk pikuk warga dan wisatawan. Meriah dengan hadirnya enam panjat pinang. Bertajuk Pesta Rakyat dengan peserta gabungan warga dan anggota Polsek jajaran Polresta Jogja.

Untuk mendapatkan hadiah, setiap kelompok hanya diberi waktu lima menit. Dalam lima menit ini, peserta hanya mengambil maksimal tiga barang. Pada pucuk tiang tergantung berbagai kardus berwarna coklat. Mulai dari televisi, kompor gas, penanak nasi elektrik hingga kemeja.

“Senang bisa ikut acara ini. Apalagi pesertanya juga ada dari polisi. Bisa guyub rukun, kerjasama mengambil hadiah,” kesan salah satu peserta Ngadimin Kamis (10/7).

Pria asal asal Keparakan, Mergangsan ini berhasil menggasak habis hadiah di puncak pinang. Tak sendiri bersama keenam rekannya, dia berhasil mengahalkan lima tim lainnya. Kunci dari perlombaan ini adalah kekompakan tim.

Untuk naik ke puncak pinang, timnya hanya membutuhkan satu menit. Formasi ini terus bertahan selama perlombaan berlangsung. Selain kerjasama tim, sang pemanjat juga harus memiliki stamina yang bagus.

“Pegang tiangnya harus kuat, dikunci biar engga melorot. Sebenarnya sudah kulino juga, kalau ada lomba di kampung biasanya tim ini yang ikut,” ujar pria 42 tahun itu.

Terus apa harapannya pada HUT Polri ke-73 tahun ini? Dia berharap banyak pada kepolisian. Terutama meningkatkan pengayoman yang selama ini sudah terjalin. Tidak hanya dalam patroli sambang tapi juga beragam kegiatan lainnya. Intensitas interaksi dan komunikasi dapat mendekatkan secara emosional.

“Selama ini sudah bagus, semoga bisa meningkat lebih baik lagi. Komunikasi dengan warga terutama dalam kebersamaan menjaga keamanan dan keteriban lingkungan masyarakat,” harapnya.

Lomba tak hanya diikuti orang dewasa. Anak-anak juga mengikuti beragam lomba yang ada. Seperti menangkap belut yang dilakukan secara kelompok. Para orangtua juga terlihat bersemangat saat sang buah hati berlomba.

Salah seorang anak Wisnu Jaka Saputra,  awalnya tak mengetahui ada perlombaan. Anak berusia sebelas tahun ini datang bersama teman-temannya. Mengetahui ada lomba, dia  mendaftar dengan harapan mendapatkan hadiah.

“Sayangnya cuma nangkep dua belut. Susah soalnya licin, tapi engga apa-apa. Soalnya seneng bisa ikut lomba sama temen-temen,” kata anak yang berumah di Danurejan ini.

Kapolresta Jogja Kombespol Armaini berharap perlombaan menjadi momentum istimewa. Tidak hanya menyatukan warga dan kepolisian semata. Tapi juga menjaga keakraban antar personel kepolisian juga personel lintas institusi.

Perwira menengah tiga melati ini melihat esensi lain dari perlombaan. Bagaimana semuanya akrab dalam kebersamaan dan canda tawa. Bahkan menurutnya hadiah perlombaan bukanlah target utama dari setiap perlombaan.

“Membangun kedekatan tanpa jarak dengan masyarakat. Lomba panjat pinang lalu tarik tambang itu kan lombanya kelompok. Bisa kompak untuk satu tujuan, ini yang diharapkan tercipta dalam keseharian. Warga, polisi dan institusi lainnya kompak menjaga keistimewaan Jogjakarta,” katanya. (dwi/pra/by)