KULONPROGO – Angkasa Pura (AP) I meminta Pemkab Kulonprogo segera membangun sabuk hijau (green belt) di sisi selatan YIA. Diharapkan selesai sebelum bandara beroperasi penuh.
‘’AP I siap membantu mewujudkan green belt. Namun AP I akan tetap pasif. Sebab pembangunan green belt menjadi kewenangan Pemkab Kulonprogo,’’ kata Manajer Proyek Pembangunan YIA, Taochid Purnomo Hadi (11/7).
Sabuk hijau, dinilai penting. Untuk mencegah abrasi. Sekaligus sebagai peredam jika terjadi bencana alam tsunami. “Itu sudah masuk dalam mitigasi kebencanaan,” kata Taochid.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulonprogo, Arif Prastowo mengatakan, pembuatan sabuk hijau tidak berhenti pada penanaman semata. Juga harus dilakukan pemeliharaan.
“Penanaman dan perawatan tanaman di green belt menjadi kewajiban Pemerintah Pusat, Pemprov DIJ, dan Pemkab Kulonprogo,” kata Arif.
Penyiraman tidak cukup. Cemara udang juga perlu dipupuk agar bisa tumbuh tinggi. “Kemungkinan, 40 persen tanaman mati jika tidak ditangani serius. Selain cemara udang, juga perlu pohon lain, seperti pule dan mahoni,” ujar Arif.
Penanaman cemara udang harus didahulu pengosongan lahan. Akan dilakukan dengan perlahan. Dimulai dari tambak udang yang sudah kosong.
Wakil Bupati Kulonprogo, Sutedjo mengatakan, pihaknya telah menanam 2.000 pohon. Ditanam untuk sabuk hijau di Selatan Bandara YIA, Mei lalu.
“Lahan yang ditanami bukan tambak. Nantinya akan ditanam di tambak udang yang sudah kosong. Surat pengosongan sudah dilayangkan,” kata Sutedjo.
Ketua Paguyuban Petambak Udang Glagah, Palihan, Jangkaran (Galitanjang), Agung Supriyanto menyatakan, sudah menerima surat Pemkab Kulonprogo. Namunbelum melakukan pengosongan. Banyak lahan yang masih digunakan untuk menambak.
“Ada sekitar 100 petak lahan yang masih ditambak. Ada yang baru tebar, ada yang mau panen,” kata Agung.
Petambak memiliki respons beragam atas rencana pengosongan tambak udang di selatan YIA. “Kami akan konsolidasi dahulu,” kelit Agung. (tom/iwa/fj)