SLEMAN, Radar Jogja – Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman berencana memperbaiki sarana dan prasarana (sarpras) sekolah. Baik negeri maupun swasta. Jumlahnya 25 sekolah. Dari tingkat SD hingga SMP.

Kabid Sarana dan Prasana Disdik Sleman Sri Adi Marsanto mengatakan perbaikan tidak menyeluruh. Hanya ruang yang dianggap tidak layak. “Perbaikan seperti perbaikan perpustakaan, penambahan toilet, dan rehab ruang kelas,” kata Marsanto Minggu (21/7).

Secara umum, kondisi sarpras sekolah di Sleman sudah cukup baik. Baik gedung maupun mebeler. Oleh karenanya, pada 2019 tidak akan banyak melakukan penambahan. “Memang ada keterbatasan anggaran untuk sarpras, tapi sarpras di sekolah masih memadai,” katanya.

Keterbatasan anggaran itu yang membuat pihaknya harus menyusun skala prioritas. Melihat tingkat kerusakan sekolah. Sehingga, tidak semua sekolah yang mengajukan proposal perbaikan atau penambahan sarpras bisa dipenuhi.

Dikatakan, jika ada sekolah yang lantainya berlubang dengan sekolah yang atap ruang kelasnya akan runtuh, maka didahulukan perbaikan atap. Karena berpotensi membahayakan siswa. “Jadi melihat urgensinya,” kata Marsanto.

Rehab sarpras sekolah yang dilakukan pada 2019 telah masuk anggaran perubahan. Total anggaran yang disediakan untuk rehab fisik atau konstruksi gedung mencapai Rp 2 miliar. “Jadi, dari total 146 SMP dan 521 SD di Sleman, yang dapat rehab hanya 25. Artinya, rata-rata sekolah di Sleman baik,” jelasnya.

Selain perbaikan fisik gedung, pihaknya secara berkala akan menambah mebeler. Sebab, saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 sempat terjadi kekurangan mebeler. Jumlahnya hampir 200 mebeler.

“Tapi sudah tertangani dengan mebeler yang ada di sekolah maupun yang kami ambil dari inventaris Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD),” jelasnya.

Kekurangan mebeler akan berimbas selama tiga tahun ke depan. Dia menyatakan untuk tahun depan telah mulai untuk menambah mebeler. “Tapi penambahan mebeler itu bertahap,” katanya.

Kepala Disdik Sleman Sri Wantini mengungkapkan akan menambah komputer klien untuk ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Agar dapat memangkas sesi UNBK. Rencananya, tahun ini akan ada penambahan sebanyak 180 komputer klien dan 20 server. “Jadi yang tadinya tiga sesi bisa jadi dua sesi,” kata Wantini. (har/iwa/zl)