JOGJA – Kondisi traso di sepanjang kawasan semipedestrian Malioboro tak lagi semengkilat pada awal diresmikan. Penyebabnya karena banyaknya sampah dan kotoran di traso. Karena itulah Pemkot Jogja membeli alat Scrubber Washer-Dryer.

“Saat ini sementara alat masih ada dua. Untuk membersihkan traso pedestrian di sepanjang kawasan Malioboro. Operasionalnya ya setiap hari,” jelas Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti seusai mencoba alat tersebut di seputaran Titik Nol Kilometer Selasa (23/7).

Terkait jam operasional menyesuaikan kebutuhan. HS memerintahkan UPT Malioboro selaku penanggungjawab beroperasi penuh. Pembersihan dilakukan pada kawasan marak pengunjung. “Setiap hari siaga harus nongol. Dilengkapi sirine jadi orang yang di depannya bisa minggir dulu. Nanti juga diberi warna mencolok agar bisa terlihat,” ujarnya.

Diakuinya Scrubber Washer-Dryer bukanlah solusi untuk kebersihan traso di Malioboro. Tapi dia meminta pengunjung mengubah pola pikir terhadap sampah. Meminimalkan produksi sampah dan tidak membuang secara asal. Cara ini adalah paling dasar dan penting untuk diterapkan. Termasuk PKL kuliner yang membuang air kotor atai minyak yang mengenai traso.

“Alat canggih akan percuma kalau budaya buang sampah sembarangan masih ada. Jadi memang kuncinya di pengunjung sendiri, sadar kebersihan Malioboro menjadi tanggungjawab bersama,” ajaknya.

Kepala UPT Malioboro Ekwanto mengakui tidak mudah membersihkan sampah Malioboro. Terlebih pengunjung masih menunjukan kebiasaan buruk. Berupa buang sampah sembarangan. Khususnya di sela-sela grill pohon perindang.

“Selain sampah plastik, puntung rokok juga banyak sekali. Untuk mencapai sela ini cukup sulit, harus dibuka dulu. Jadi saya setuju kuncinya di kesadaran pengunjung,” jelas mantan Lurah Prawirodirjan itu.

Keberadaan scrubber washer-dryer diharapkan mampu menekan keberadaan sampah. Terutama serpihan sampah yang tercecer di kawasan pedestrian Malioboro. Apalagi alat ini memiliki fungsi sebagai pengepel lantai pedestrian.

“Ada cairan pembersihnya, sehingga cara kerjanya sekali jalan, ambil, bersihkan dan dipel. Tapi untuk grill jelas tidak bisa menjangkau, jadi dituntut kesadaran dari pengunjung,” katanya. (dwi/pra/er)