PURWOREJO – Bagelen, nama daerah di Kabupaten Purworejo sudah amat dikenal luas. Mulai dari pinggiran Bogowonto hingga Sungai Donan di Kabuapten Cilacap. Sayangnya, tidak ada bukti sejarah tertulis yang menyatakan mengenai kebesaran Bagelen.
Hal ini disampaikan Sudibyo, dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta saat menjadi pemateri dalam seminar kebudayaan “Meningkatkan Eksistensi Budaya dalam Menyongsong Romansa Purworejo 2020” Selasa (24/7). Juga dihadirkan praktisi keris Sugeng Wiyono dan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya. Acara diikuti 120 peserta dari berbagai kalangan di Purworejo maupun kabupaten tetangga.
“Orang Bagelen dikenal memiliki tipikal pekerja keras dan loyal. Bisa dikatakan mereka adalah warrior atau memiliki semangat tempur yang baik,” tutur Sudibyo.
Meski cukup menonjol, keberadaan Bagelen tidak pernah bisa muncul seutuhnya. Dan hingga saat ini pun belum ada literasi yang jelas sebagai penggambaran dari keberadaan Bagelen. “Bagelan sudah dibicarakan atau disampaikan dalam empat prasasti yang pernah ditemukan,” tambahnya.
Seiring perkembangan waktu, namanya melebur dan menjadi sebuah daerah di Kabupaten Purworejo. Meski masih tetap layak untuk terus dikupas, Sudibyo mengajak masyarakat untuk bersikap bijak. Perlu ada sebuah perubahan paradigma dari Bagelen ke Purworejo.
“Era sekarang ini kita harus lebih mengedepankan Purworejoan daripada Kebagelenan. Tapi Bagelenan akan tetap menjadi jiwa kita, semangat kita,” tandasnya.
Sudibyo melihat ada sebuah tantangan besar bagi Puworejo. Adanya Yogyakarta International Airport (YIA) jelas akan menjadi sebuah dilema. Ungkapan wilayah Bagelen akan menjadi beranda Purworejo akan nyata dan menggantikan Purworejo bagian tengah. “Semangat Bagelen harus tetap kita jaga, dan saya yakin jajaran Kabupaten Purworejo akan sigap menangkap momentum ini,” tuturnya.
Secara khusus, Sudibyo menyampaikan akan menghadiri Purworejo Fair yang akan digelar di Jakarta akhir pekan ini. Ia melihat ada peluang bagi Purworejo untuk berkembang karena dalam kegiatan itu bakal dihadirkan banyak investor. Diharapkan investor itu bisa menanamkan investasinya di Purworejo.
“Kita butuh investor untuk membangun Purworejo. Kita tidak bersaing dengan Jogja dan jangan bermimpi bersaing dengan Jogja. Karena kita hanya sebagai penyangga saja. Katakan dengan Magelang pun sudah tertinggal karena mereka sudah lebih dulu melangkah,” katanya.
Hanya setiap ada kesempatan memang harus dimanfaatkan dan dimaksimalkan, sehingga ketertinggalan yang ada bisa dikejar. (udi/laz/er)