JOGJA – Uji coba Malioboro menjadi kawasan semipedistrian dilakukan setiap Selasa Wage. Atau 35 hari sekali. Uji coba dengan menjadikan jantung Kota Jogja bebas dari kendaraan bermotor telah berjalan dua kali. Terakhir pada Selasa 23 Juli 2019 lalu.
Kawasan Malioboro ditutup dari pukul 06.00-21.00. Hanya bisa dilalui kendaraan tidak bermotor dan kendaraan tertentu seperti bus Transjogja, Damkar, ambulans, kendaraan patroli kepolisian, kendaraan kebersihan dan kendaraan dinas tertentu.
Uji coba mendapatkan respons positif berbagai kalangan. Widya Supeno, salah satu warga Mantrijeron yang hobi gowes mengapresiasi kebijakan itu. “Kita bisa menikmati indahanya Malioboro. Bebas dari berbagai kebisingan,” ujar Widya yang datang bersama keluarganya dengan mengontel sepeda kayuh. “Malioboro benar-benar terasa nyaman bagi pejalan kaki,” lanjutnya.
Respons senada juga disampaikan Ketua Komisi B DPRD DIY Janu Ismadi. Dia menilai Selasa Wage bisa menjadi agenda promosi pariwisata. Malioboro yang telah kesohor namanya makin populer dengan kebijakan itu. Apalagi pada sore hingga malam di sepanjang Malioboro didirikan berbagai panggung atraksi wisata. Menampilkan beragam kreativitas dan kesenian warga.
“Itu memberikan tambahan hiburan bagi wisatawan. Mereka makin kerasan di Jogja. Masa tinggal mereka bisa lebih panjang karena menikmati indahnya malam di Malioboro,” kata Janu (24/7).
Menyemarakan Selasa Wage, Dinas Pariwisata DIY menyediakan berbagai atraksi seni budaya. Di sepanjang Jalan Malioboro menjadi panggung bagi para seniman menampilkan bakatnya di hadapan masyarakat. Panggung itu berdiri dari depan Hotel Inna Garuda yang menampilkan YK Brass Ensemble. Lalu ada pemutaran dan diskusi film di halaman gedung DPRD DIY. Acaranya mulai pukul 18.00-21.00. Sedangkan di Mal Malioboro ada pentas wayang beber, orchestra youth camp MSO, Orchestra Pra Youth Camp Melbourne dan tari kontemporer atraktif maupun interaktif cakil squad. Juga ada macapatan.
Panggung lain ada di depan Hotel Mutiara. Berupa lelaku gamelan virtual dan video wall exhibition. Gapura Pecinan Ketandan menampilkan barongsai Hoo Hap Hwee. Pintu barat Kepatihan berupa Bonang Battle. Ada pula dialog budaya dan gelar seni “Yogyakarta Semesta” Seri 119. Di depan Pasar Bringharjo ada kesenian campursari. Pemutaran dan diskusi film berlangsung di Benteng Vredebrug. Adapun Plaza SO 1 Maret ada gelar seni dan potensi UKM Desa Budaya Selasa Wagen. Ekspos sejarah dan teatrikal perjuangan.
Pedestrian Titik 0 ada pembelajaran pantomim. Sedangkan di Perpustakaan Maliobo ada pemutaran dan diskusi film. Pertigaan Jalan Dagen Coffee Corner dan Balcony Jazz Session. Depan Hamzah Batik menampilkan traditional workshop & performance. Depan pintu gerbang Gedung Agung Njathil Bareng Polisi dan bekas gedung KONI Jalan Trikora ada ekspose permainan tradisional dakon. Kemudian sosialisasi warisan budaya nasional dan dunia. Lalu skspose pengenalan warisan budaya tak benda dan wkspose pembuatan wayang kulit serta workshop lukis kaca.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY Aria Nugrahadi menjelaskan, banyaknya atraksi wisata itu demi memperkokoh predikat DIY sebagai kota tujuan wisata dan budaya. “Acara Selasa Wage dengan berbagai panggung atraksi wisata dan budaya akan menjadi agenda tetap,” kata Aria. (kus/fj)