BANTUL – Pemkab Bantul lagi-lagi limbung mengendalikan harga cabai rawit. Harga bumbu dapur berasa pedas itu dalam dua hari terakhir tak terkendali. Harganya di pasar rakyat Selasa (30/7) menyentuh angka Rp 80 ribu per kilogram (kg).
Salah satu dampaknya daya beli masyarakat turun drastis. Keuntungan para pedagang menipis.
”Ibaratnya, sehari bisa menjual satu kilogram, sekarang hanya sanggup menjual satu ons,” keluh Ami, pedagang sayuran di Pasar Bantul Selasa.
Meroketnya harga cabai rawit merah ini sebenarnya mulai terasa sejak dua pekan terakhir. Kenaikannya bertahap. Pekan lalu, misalnya, di kisaran Rp 65 ribu per kg. Kemudian, dua hari lalu merangkak lagi di angka Rp 75 ribu per kg. Berikutnya, Rp 80 ribu per kg.
Perempuan paro baya ini menduga, meroketnya harga cabai akibat petani gagal panen. Tidak sedikit tanaman petani cabai di Wonosobo langganan para pedagang mati lantaran hawa dingin.
”Pasokan cabai menjadi tersendat,” keluhnya.
Kondisi itu menyebabkan pedagang asal Panggungharjo, Sewon, Bantul, ini harus merogoh kocek lebih dalam untuk mengulak. Per satu kg, contohnya, Ami harus mengeluarkan Rp 70-75 ribu.
”Belinya juga nggak berani banyak. Khawatirnya membusuk kalau tidak laku,” tuturnya.
Dari pantauan, hanya harga cabai rawit merah yang meroket tajam. Harga beberapa jenis cabai lainnya memang tinggi. Hanya, kondisinya stabil. Cabai hijau dibanderol Rp 35 ribu per kg. Di atasnya cabai lalap yang menyentuh Rp 60 ribu per kg. Terakhir, cabai merah teropong Rp 70 ribu per kg.
Meski cabai rawit merah meroket, harga beberapa bumbu dapur lain justru anjlok. Harga bawang merah terjun bebas di angka Rp 16 ribu per kg. Dua pekan sebelumnya Rp 35 ribu per kg.
”Waktu turunnya hampir sama dengan kenaikan harga cabai,” timpal Ipah, pedagang sayuran di Pasar Bantul lainnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Seksi Distribusi dan Harga Bahan Kebutuhan Pokok, Dinas Perdagangan (Disdag) Bantul Zuhriyatun Nur Handayani berdalih, meroketnya harga cabai rawit merah akibat tingginya permintaan pasar. Permintaan dari Jawa Timur dan sebagian wilayah Sumatera memicu harga cabai di Kabupaten Bantul terdampak.
”Petani lokal ikut memilih menjual ke luar daerah karena harganya tinggi, sehingga stok menipis,” katanya.
Kendati begitu, dia optimistis harga cabai rawit merah segera kembali normal. Setidaknya pada awal Agustus.
Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan (Disperpautkan) Bantul punya analisa berbeda. Dinas berdalih kenaikan harga akibat perubahan pola tanam. Para petani mulai beralih ke palawija.
”Sekarang, kan, musim hujannya mundur,” kata Kepala Disperpautkan Bantul Pulung Haryadi saat dihubungi Selasa.
Meski tinggi, pejabat yang tinggal di Banguntapan, Bantul, ini menilai, harga cabai rawit merah masih wajar.
”Kenaikannya juga lumrah,” tuturnya.
Meroketnya harga cabai di Bumi Projotamansari hampir terjadi saban tahun. Saking seringnya, disperpautkan pada 2017 menggulirkan program Rumah Pangan Lestari. Tujuannya, mendorong warga memanfaatkan lahan pekarangan rumah. Termasuk di antaranya untuk ditanami cabai. Agar warga tak terdampak serius jika harga cabai melonjak drastis. Berdasar data disperpautkan, ada sekitar 20 hektare lahan pekarangan rumah yang saat itu masih menganggur.
Menurut Pulung, program itu masih berjalan. Hanya, Pulung berdalih program itu tidak wajib. Hanya bersifat stimulan.
Di tempat lain, Pemkab Magelang kelabakan menghadapi ”pedasnya” harga cabai rawit merah. Saking kelabakannya, Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkop-UKM) serta Dinas Pertanian dan Pangan Magelang salah membaca kebutuhan masyarakat.
Mereka tidak menjual murah cabai rawit merah saat operasi pasar di Pasar Borobudur Selasa. Yang dijual justru cabai keriting. Padahal, harga cabai keriting di pasaran normal. Cabai keriting satu kuintal pun tak habis terjual.
”Kami datangnya juga kesiangan. Ibu-ibu sudah pada pulang,” jelas Heri P, staf Bidang Perekonomian Disdagkop-UKM Magelang.
Saat operasi pasar, Heri tak menampik, tidak sedikit yang menanyakan cabai rawit merah. Namun, dinas hanya bisa berdalih tak memiliki stok.
”Informasinya, cabai keriting di lapangan tinggi, ternyata sekarang sudah turun,” kelitnya.
Harga cabai rawit merah di beberapa pasar rakyat Kabupaten Magelang tembus Rp 70 ribu per kg. Bahkan ada pula yang mencapai Rp 90 ribu per kg.
Terkait salah membaca kebutuhan pasar, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Magelang Eko Widi mengaku baru mampu menyediakan stok cabai keriting. Kelompok tani belum sanggup menyediakan stok cabai rawit merah.
”Harga (cabai rawit merah, Red) di satu pasar dengan pasar lainnya juga berbeda. Ada yang Rp 45 ribu per kg. Di tempat lain sudah Rp 60 ribu per kg,” kelitnya. (cr5/cr10/zam/rg)