HANYA tinggal berdua dengan ayahnya, Putri Depi Nur’aini harus merawat ayahnya Sakijo yang terbaring sakit. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Sebelum berangkat sekolah. Dia bercita-cita menjadi dokter, dengan harapan bisa menyembuhkan bapaknya, seperti apa kisahnya?

HENDRI UTOMO,Kulonprogo

SIANG Itu, sosok yang ceria itu nampak tenang keluar dari kelas. Sekilas, bocah perempuan hebat ini tidak berbeda dengan teman-teman sebayanya, ia nampak ceria seolah tidak memiliki beban hidup apapun. Langkah kakinya cekatan pulang dari SD N 2 Pripih Hargomulyo, Kokap. Dia bergegas pulang ke rumah untuk bertemu ayahnya yang tinggal seorang diri berbaring sakit di ranjang.

Jarak antar rumah dengan sekolah, tempatnya menuntut ilmu juga terbilang jauh, setiap hari ia harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer menyusuri jalan setapak dengan medan yang cukup sulit diantara pohon jati yang meranggas di musim kemarau. Langkahnya kecilnya kadang harus, terhenti disasar nafas panjang yang termakan terjalnya jalan yang harus dilalui. Tas berwarna biru berisi buku pelajaran, air minum itu terlihat berat, sesekali turun dari pundaknya. Begitulah hari-hari yang dilalui bocah hebat ini.

Sekolah yang jauh dan tas yang berat itu bulam apa-apa, jika dibanding tugas mulianya mengurus bapaknya yang kini terkolek lemah di rumah sederhana di Pedukuhan Tangkisan III, Hargomulyo, Kecamatan Kokap. Bapak yang beruntung memiliki putri cantik nan cerdas ini bernama Sakijo.

Sakijo terbaring lemah dan terbatas untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sakit yang dideritanya. Segala kebutuhan Sakijo, mulai dari makan dan minum selalu dibantu putirnya Depi. Bapak dan anak ini kini memang tinggal hanya berdua, istri Sakijo sudah wafat saat Depi berumur tiga tahun.

Rumah seluas 6×9 meter berdinding batako tanpa plester ini menjadi saksi keberasamaan mereka. “Sebetulnya kasihan, Depi anak yang sangat baik, dia yang membantu saya menyiapkan makan dan minum setiap hari,” ucap Sakijo, Senin (4/8).

Sakijo menjelaskan, ia rela berbaring tidak bisa beraktivitas sejak pertengahan Agustus 2018 silam. Pasca-terjatuh dari atas pohon kelapa setinggi delapan meter. Saat menderes (menyadap) nira kelapa bahan baku pembuatan gula merah.

Sakijo sempat berobat ke sejumlah rumah sakit, namun kedua kakinya masih tetap sulit digerakkan. Sakijo sempat kehilangan semangat hidup. Beruntung Sakijo memiliki Depi yang menjadi satu-satunya semangat kehidupannya. Harapannya muncul, ingin melihat anak semata wayangnya selesai sekolah dan sukses seperti yang dicita-citakannya.

“Saya sekarang hanya tinggal berdua, istri saya (Almh Sonah) sudah meninggal dunia 2012 tepat saat Depi berumur tiga tahun, sejak saat itu kami tinggal berdua, kalau kebutuhan lain yang tidak bisa dilakukan Depi seperti mandi saya dibantu tetangga dan  saudara dekat rumah,” ujarnya lirih.

Dia mengaku beruntung. Depi tidak hanya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Tapi juga sangat berbakti kepada orang tua. Setiap berangkat dan pulang sekolah tidak pernah lupa menjabat dan mencium tangan bapaknya.

Begitu pulang sekolah. Meletakkan tas tanpa mengganti baju terlebih dahulu Depi langsung menghampiri. Dengan sabar ia selalu bertanya pabak memerlukan sesuatu apa. Pribadi yang berbakti dan sabar itu sudah muncul sejak kecil.

“Setiap hari, Depi sangat sabar meladeni saya. Mulai dari membikin air minum, menyiapkan makan hingga membersihkan pispot tanpa mengeluh. Dia anak baik, dia juga rajin, saya berharap dia bisa terus sekolah, minimal sampai SMA,” ucap Sakijo.

Sementara itu, laiknya bocah kecil pada umumnya, Depi juga kerap bermain dengan teman-teman sebayanya. Namun, ketika Sakijo membutuhkan bantuan ia tanpa berlama-lama langsung menghampiri bapaknya. “Saya ingin jadi dokter, biar bapak sembuh. Saya sayang bapak,” ucap Depi lirih.

Di sekolah, Depi dikenal sebagai siswi yang baik dan rajin, semua kegiatan belajar mengajar diikuti dengan baik, termasuk dalam urusan mengerjakan tugas pekerjaan rumah)p yang diberikan gurunya kepada Depi. “Nilainya bagus, beerapa kali ia menduduki peringkat tiga besar saat ujian semester. Anaknya rajin,” kata Kepala SD N 2 Pripih, Puji Riwanto.

Puji mengungkapkan, pihak sekolah paham kondisi Depi dan ayahnya. Banyak guru yang kagum dan salut dengan kepribadian Depi. Meskipun harus merawat bapaknya, Depi tetap ceria dan terlihat tabah. “Kami paham kondisi keluarganya,” ungkapnya. (pra/fj)