SULTAN Agung menderita sakit. Selama beberapa hari tim dokter Istana Mataram memberikan perawatan khusus. Sakitnya raja Mataram itu terdengar ke telinga adiknya, Ratu Pandansari. Istri Pangeran Pekik itu bergegas membezuk.
Memasuki kediaman raja, Pandansari melihat sang kakak tengah terbaring. Usut punya usut, penyakit yang diderita Sultan Agung lebih bersifat psikis. Dia merasa jengkel dengan manuver Sunan Giri Kawis Guwa.
Penerus takhta Kasunanan Giri Kedhaton itu menolak mengakui kekuasaan Sultan Agung. Giri menjadi satu-satunya kerajaan yang menjadi oposisi melawan Mataram. Juga satu-satunya daerah yang belum bisa ditaklukan Sultan Agung.
Kondisi itu merisaukan hati sang Sultan. Bagi Mataram sebenarnya tak begitu sulit menyerbu Giri. Namun ada hambatan psikologis bagi Sultan Agung. Di masa lalu, Giri Kedhaton sangat dihormati raja-raja Jawa.
Puncaknya di masa Sunan Giri Prapen pada 1548-1605. Sunan Giri Prapen adalah orang yang melantik Joko Tingkir menjadi raja Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya. Dia menjadi mediator pertemuan Hadiwiya dengan adipati se-Jawa Timur pada 1568. Hasilnya, para adipati bersedia mengakui Pajang sebagai penerus Kasultanan Demak.
Sunan Giri Prapen juga mendamaikan perang antara Panembahan Senopati melawan Adipati Surabaya Jayalengkara pada 1588. Perang itu dilatarbelakangi penolakan Jayalengkara bersama para adipati se-Jawa Timur terhadap kekuasaan Mataram.
Melihat sejarah itu, Sultan Agung bimbang harus menggebuk Giri. Dia takut kualat. Namun penguasa Mataram itu merasa jengkel mendengar kritik para pendukung Sunan Giri. Mereka menuding Sultan Agung terlalu ambisius. Memperluas daerah kekuasaanya sekaligus membangun infrastruktur. Khususnya infrastruktur di Kerta, ibu kota Mataram pascapindah dari Kotagede. Akibatnya, upeti dan pajak dari daerah bawahan dinaikkan berlipat-lipat.
Jengkel tapi tak kuasa bertindak. Begitulah suasana batin yang dihadapi Sultan Agung. Setelah menahan diri beberapa waktu, dia menemukan ide. Menghadapi keturunan Wali Sanga harus keturunan Wali Sanga.
Pangeran Pekik, adik ipar sekaligus besannya merupakan keturunan ketujuh dari Raden Rahmat yang kelak menjadi Sunan Ampel. Sebelum menjadi wali, Sunan Giri Prapen pernah belajar di Ngampel Denta, pesantren milik kakek moyang Pekik.
Dengan begitu, kedudukan Pekik setara dengan Kawis Guwa. Didampingi istrinya, Ratu Pandansari, Pekik akhirnya berangkat ke Giri. Memimpin angkatan perang Mataram menyerbu Giri. Operasi penaklukan berlangsung pada 1636. Giri akhirnya bisa ditaklukkan. Raja sekaligus pendeta itu berhasil ditangkap. Dia dibawa ke Mataram dengan ditandu.
Kekalahan Giri membuat keturunannya menjadi kocar-kacir. Tiga orang anaknya: Jayengresmi, Jayengsari, dan Rancangkapti menjadi buron. Jayengresmi akhirnya ditangkap saat menyamar dengan nama Amongraga. Karena dianggap membahayakan stabilitas politik Mataram, dia dilempar ke laut oleh Sultan Agung.
Jejak keturunan Giri yang tercerai berai itu ada yang kawin dengan keturunan Panembahan Kajoran. Penguasa Kajoran merupakan cabang dari keturunan Pajang. Putri Kajoran itu di masa mudanya bernama Wiratsari. Dia banyak menghabiskan masa mudanya di Semarang. Tak heran dia juga dikenal sebagai putri Semarang.
Kelak putri Semarang itu diangkat menjadi permaisuri Susuhunan Amangkurat I, pengganti Sultan Agung. Statusnya permaisuri. Sama dengan kedudukan putri Surabaya, anak Pangeran Pekik. Amangkurat I punya dua permaisuri. Ratu Kulon (putri Surabaya) dan Ratu Wetan (putri Semarang).
Dari putri Surabaya itu lahir Raden Mas (RM) Rakmat. Nantinya naik takhta menjadi Amangkurat II. Sedangka putri Semarang melahirkan RM Drajad. Atau Pangeran Poeger yang bertakhta sebagai Paku Buwono I. Antara Amangkurat II dan Paku Buwono I hingga keturunannya kelak terlibat perang suksesi berkepanjangan. Kejadiannya saat ibu kota Mataram telah berpindah ke Kartasura.
Trah Surabaya dan Semarang itu menjadi musuh bebuyutan. Beberapa ratus tahun kemudian kisah itu terulang. Namun di lapangan bola. Era 1990-an, Persebaya harus menghadapi lawan tangguh PSIS Semarang saat memperebutkan juara perserikatan.(yog/rg/bersambung)