SLEMAN – Tidak memiliki pembangkit listrik, DIJ masih mengandalkan pasokan listrik dari jaringan PLN Jawa-Bali-Madura (Jamali) sebagai sumber utama. Padahal ada berbagai sumber daya yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik.

Pakar Energi Terbarukan Fakultas Teknik UGM Ahmad Agus Setiawan menjelaskan sistem pembangkit listrik yang dibangun interkoneksi dari Jawa sampai Bali rawan terganggu. Saat sistem tidak dikondisikan dalam posisi aman, saat salah satu mengalami gangguan, seluruh jaringan ikut terganggu.

Meskipun adanya genset di setiap pembangkit untuk antisipasi saat gangguan, Ahmad meragukan jumlah kapasitas genset yang masih sangat kecil. Hal ini tidak akan membantu pemulihan listrik di distribusi wilayah yang tersebar luas.

Oleh karena itu, selain memperkuat kelistrikan yang interkoneksi, pemerintah harus memperkuat sistem distribusi pembangkit tersebar dengan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT). “Salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan keleluasaan agar komsumen menjadi produsen listrik,” jelas Ahmad, Minggu (11/8).

Salah satunya dengan memanfaatkan tenaga surya atap atau solar rooftop sebagai pembangkit listrik. Untuk menghasilkan listrik untuk kebutuhan sendiri.

Serta bisa digunakan saat ada gangguan pada sistem besar PLN. Pemanfaatan energi terbarukan yang tersebar ini perlu mendapat dukungan pemerintah dan PLN. Selanjutnya peluang harus dibuka seluas-luasnya bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi.

Jika hal ini berhasil, DIJ bisa menjadi model dari pengembangan solar city. “Peraturan harus mendukung, harga dibuat menarik dan masyarakat diajak berpartisipasi aktif,” ujar Ahmad.

PLN, tambah Ahmad, harus mengoordinasikan pemanfaatan EBT tersebut. Mengingat PLN sebagai lembaga yang melakukan monopoli distribusi listrik.
“Sistem PLN juga harus siap untuk era baru ini. Apalagi sudah ada peraturan menteri tentang ini,” kata Ahmad.

Meski saat ini PLN masih mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebagai pembangkit listrik yang dianggap praktis, namun sesuai dengan target bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025, PLN seharusnya membangun pembangkit menyesuaikan potensi sumber energi yang ada di lokasi wilayah. Seperti energi matahari, angin, air, sampai biomassa.

Di DIJ, yang memiliki pantai selatan, tambah Ahmad, juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik. Dengan membangun kincir angin.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan program 35 ribu megawatt yang ditargetkan dibuat di pantai selatan Jogja. “Meskipun saat ini masih belum terlaksana,” ujar Ahmad. (cr7/iwa/zl)