BANTUL – Lazimnya upacara peringatan dilakukan di lapangan atau halaman suatu instansi. Dengan kondisi yang bersih. Namun berbeda dengan yang dilakukan anggota Provos Polda DIY Bripka Nur Ali Suwandi yang berencana menggelar upacara bendera di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul. Bersama ratusan pemulung yang ada di sana.
Pria yang akrab disapa Ali ini menuturkan, para pemulung yang ada di TPST Piyungan sudah lama menjadi warga binaan Polda DIY. Setiap bulan ada banyak kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup para pemulung.
“Jadi Agustus ini jadwal kami untuk baksos, mengaji dan kegiatan sosial lain di Piyungan. Lalu karena pas tanggal 17 Agustus, jadi kami ada ide untuk upacara dulu sebelum kegiatan mengaji dan baksos,” kata Bripka Ali saat ditemui Kamis (15/8).
Rencana itu lantas disambut dengan suka cita oleh para pemulung. Melalui ketua paguyuban pemulung, mereka mengungkapkan kesiapannya untuk menyelenggarakan upacara. Nantinya, petugas upacara seperti pengibar bendera Merah Putih dan peleton adalah dari pemulung. “Respons mereka bagus sekali. Karena baru kali ini ada upacara di TPST Piyungan,” ungkapnya.
Berbekal bambu dan tali, anggota Polda DIY dan para pemulung bahu membahu membuat tiang bendera sederhana. Persiapan, seperti latihan baris berbaris dan mengibarkan bendera, juga dilakukan. Diakui, untuk melatih para pemulung punya tingkat kesulitan tersendiri. Kendati demikian, dia mengatakan menikmati saat melatih.
“Memang sulit tapi gampang, susah tapi senang. Kami kan juga harus mengerti karena mereka kerjanya di situ, sudah sepuh juga. Tapi ini sudah lumayan,” bebernya.
Sejauh ini pihaknya sudah tiga kali melaksanakan latihan. Targetnya, bisa empat kali latihan. Latihan ini, lanjut Ali, berupa mengajari cara hormat bendera, menyanyi, pengucapan Pancasila, UUD 1945 dan mengajari menjadi master of ceremony (MC).
“Persiapannya tidak sampai satu bulan, latihan sudah tiga kali. Besok latihan terakhir satu kali lagi. Entah hasilnya seperti apa, yang penting senang,” ujarnya.
Ali juga tidak terlalu membebani para pemulung dengan harus memakai baju tertentu. Namun setiap pemulung diminta untuk mengenakan caping dengan nuansa merah putih. Dia ingin agar di hari kemerdekaan ini para pemulung juga bisa ikut merayakan. “Kami ingin agar para pemulung ini mencintai Indonesia,” harapnya.
Selain upacara, kata Ali, nantinya juga akan ada aneka lomba. Dia juga berencana mengajak elemen masyarakat lain untuk ikut terlibat. “Yang terpenting mereka semua senang,” ucapnya. (har/laz/by)