BANTUL – Hingga Agustus 2019, kasus kebakaran di Bantul cukup tinggi. Hal itu menjadi perhatian serius Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul.
Manajer Pusdalops BPBD Bantul Aka Luk-luk Firmansyah mengungkapkan ada 94 kasus kebakaran terjadi pada periode Januari-Agustus 2019. Didominasi kebakaran rumah sebanyak 81 kasus. Sebanyak 13 merupakan kebakaran lahan.
Jumlah total kerugian akibat kasus kebakaran ini, Aka menghitung sudah mencapai Rp 1,07 miliar. Kerugian tersebut dihitung dari banyaknya harta benda yang hangus dilalap api.
Pada musim kemarau ini, kebakaran lahan perlu diwaspadai. Mengingat potensi penyebaran apinya lebih cepat.
Total lahan di Bantul yang terbakar seluas 22 hektare. Wilayah yang terbanyak terjadi kebakaran lahan ada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri.
Aka menuturkan bahwa penyebab kebakaran lahan banyak disebabkan kelalaian manusia. Yakni pembakaran sampah yang tidak ditunggu, serta membuang puntung rokok sembarangan.
‘’Jadi kalau membakar sampah ditinggal, bisa merembet ke wilayah lain. Kalau puntung rokok, biasanya dibuang dengan kondisi masih menyala,” ujar Aka Selasa (20/8).
Sebelumnya, untuk kasus kebakaran rumah, Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan penyebabnya karena pemakaian peralatan tumah tangga yang tidak standar. Kebakaran rumah didominasi tempat-tempat usaha.
Diduga karena pemakaian listrik berlebihan. Hal itu kemudian memicu korsleting yang menjadi sumber api. Ketika listrik korslet kemudian menimbulkan percikan api dan membakar sekitarnya.
Meminimalisasi kasus kebakaran, Dwi mengimbau masyarakat berhati-hati. Upayanya, menunggu saat membakar sampah hingga api padam. Serta menggunakan perangkat listrik sesuai standar keamanan. (cr5/iwa/er)