GUNUNGKIDUL – Kekeringan menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat di Indonesia di sejumlah daerah. Tak terkecuali di Dusun Grogol, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul, akibat musim kemarau yang cukup lama membuat kebutuhan air menjadi semakin mendesak.
Selama musim kemarau warga Dusun Grogol hanya bergantung pada sumber mata air dari bak penampungan umum yang lokasinya di tengah sawah. ”Cuma satu di situ sumber mata airnya di bak penampungan, jadi warga di sini kalau tengah malam pada tidak tidur untuk secara bergiliran ambil air,” ujar Suwanto Kepala Dusun Grogol, Senin (2/9).
Menurutnya, tidak adanya sumur bor dan telah mengeringnya sumur-sumur galian milik warga, membuat warga Dusun Grogol hanya mengandalkan satu-satunya bak penampungan yang mereka miliki. Karena selain sebagai bak penampungan ternyata juga menjadi sumber mata air warga setempat.
Takmis Masjid Al Hidayah Sutoyo mengatakan, air untuk keperluan ibadah juga mengambil dari tempat penampungan tersebut. ”Kalau malam ikut ngantre dengan warga bergantian ambil air untuk keperluan wudhu dan MCK di masjid sini,” ujar Sutoyo.
Berangkat dari kondisi tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY bersama Bimo Transport hadir di Dusun Grogol untuk membantu mempermudah warga mendapatkan akses air bersih. ACT DIY hadir dengan program pembangunan sumur wakaf untuk meredam dampak kekeringan.
”Kabupaten Gunungkidul menjadi prioritas utama ACT DIY dalam membantu mengatasi bencana kekeringan yang sifatnya tahunan ini,” ujar Kepala Cabang ACT DIY Bagus Suryanto.
Sementara itu perwakilan dari PT Bimo Transport Syaiful juga menyampaikan, pihaknya mempercayakan pembangunan sumur wakaf di Gunungkidul ini kepada Global Wakaf – ACT,. ”Semoga dengan adanya sumur wakaf tersebut kebermanfaatannya dapat dinikmati banyak masyarakat,” jelasnya.
Sampai dengan saat ini, pembangunan sumur wakaf Global Wakaf-ACT telah mencapai 264 sumur di seluruh Indonesia dan sumur ke-19 untuk wilayah Jogjakarta sedang dibangun di Dusun Grogol, Desa Tambakromo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. (sce/ila)