RADAR JOGJA – Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali melaksanakan tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng. Dalam rangka menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro, Tahun Wawu 1953 atau Tahun Baru Islam 1441H pada Sabtu malam (31/8). Tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng diawali dengan pembacaan Macapat di Bangsal Pancaniti Kompleks Kamandungan Lor Kraton Yogyakarta mulai pukul 20.00 oleh para abdi dalem Kraton.

Dalam acara Mubeng Beteng tersebut, GKR Mangkubumi didampingi GKR Condrokirono, GKR Maduretno, KPH Purbodiningrat, dan KPH Notonegoro melepas rombongan tepat pukul 24.00. Diiringi dengan dentingan lonceng Kamandungan Lor sebanyak 12 kali. Selanjutnya para abdi dalem baik laki-laki maupun perempuan, dan masyarakat umum berjalan mengelilingi Keraton mulai dari sisi kiri atau barat Keraton. Para peserta tampak antusias mengikuti ritual tahunan tersebut. Para abdi dalem membawa Klebet atau bendera berjalan dibarisan depan disusul segenap warga.

Rute yang ditempuh dimulai dari Kamandhungan Lor, Ngabean, Pojok, Beteng Kulon, Plengkung Gading, Pojok Beteng Wetan, Jalan Ibu Ruswo, Alun-alun Utara, lalu kembali lagi ke Kamandhungan Lor. Dalam acara ini para peserta melakukan Tapa Bisu atau tidak diperkenankan berbicara (bersuara), makan, serta minum.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho menyebut, tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng telah ditetapkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 2015. Sehingga perlu dilestarikan oleh pemerintah dan masyarakat DIY sehingga dapat dilaksanakan setiap tahunnya. “Lampah Budaya Mubeng Beteng yang rutin dilaksanakan setiap malam 1 Suro menjadi sarana masyarakat untuk melakukan introspeksi atas apa yang terjadi di tahun sebelumnya, sekaligus memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tahun yang akan datang lebih baik dari tahun kemarin,” imbuh Aris. (*/a1/pra)