RADAR JOGJA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman akhirnya melakukan droping air. Yakni di Kecamatan Prambanan dan Moyudan. Muka air tanah di Prambanan mulai menurun.
Mengatasi kelangkaan air di Dusun Kikis (Sambirejo) dan Dusun Pulerejo (Bokoharjo) disiapkan 16 tangki setiap minggu. Masing-masing berkapasitas 5.000 liter.
“Untuk Kikis 12 tangki per minggu, Pulerejo empat tangki seminggu,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan, Senin (9/9).
Ada tujuh RT terdampak. Di Kikis, mulai RT 2 hingga RT 7. Sedangkan Pulerejo hanya satu RT dengan 59 kepala keluarga (KK). Setiap minggu masyarakat meminta dua kali droping air. “Pulerejo tinggal menunggu surat masuk, baru akan kami droping,” kata Makwan.
Dikatakan, sebelumnya pihak swasta sudah ada yang memberikan bantuan. Berupa 30 tangki air di Dusun Kikis. “Droping sudah mulai dari Agustus 2019. Kalau Kikis akan kami droping mulai besok (hari ini),” kata Makwan.
Pada tahun anggaran 2019, BPBD Sleman menganggarkan 300 tangki air guna mengatasi kelangkaan air. Masing-masing tangki berkapasitas 5.000 liter. Dia memprediksi jumlah tersebut bisa mencukupi kebutuhan masyarakat hingga November 2019.
Makwan menerangkan, penurunan muka air tanah menjadi penyebab utama kelangkaan air. Bukan hanya di Prambanan, juga di Moyudan. Tepatnya di SMPN 2 Moyudan. “Sumur mereka kering, ini baru proses menambah kedalaman,” kata Makwan.
Setiap minggu BPBD menyalurkan dua tangki air dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter. Dia mengklaim dengan dua tangki kebutuhan sekolah dapat tercukupi. “Untuk kebutuhan kamar mandi dan wudhu. Total kalau dengan Prambanan ada 18 tangki air,” katanya.
Sugiyem, 62, warga Dusun Kikis menjelaskan kesulitan air sudah terjadi sejak Juli. Dia hanya mengandalkan sumur dan sumber air yang dicari secara mandiri oleh warga.
Sesekali dia mencoba untuk menggunakan air dari PDAM yang berasal dari sumur bor di daerahnya. “Tapi hanya ngithir (mengalir kecil),” terangnya.
Dia harus berhemat air. Baik air untuk kebutuhan minum ternak dan kebutuhan sehari-hari. “Gantian, setengah eding (berbagi dengan warga lain),” lanjutnya.
Sementara itu di Gunungkidul, anggaran droping air BPBD setempat nyaris habis. Dari target 2.000 tangki air sudah disalurkan sebanyak 1.560 tangki.
Demikian diungkapkan Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edi Basuki kemarin. Alokasi anggaran droping air Rp 530 juta. Anggaran tersebut hanya cukup sampai akhir September.
“Anggaran droping air tinggal untuk 440 tangki,” kata Edi.
Dia berharap warga tidak perlu khawatir. Karena masih ada dana cadangan untuk droping air. Namun untuk mengakses dana tersebut harus meningkatkan status menjadi darurat kekeringan.
Pihak ketiga juga melakukan droping air. Seperti bantuan dari program CSR mencapai 2.000 tangki. PT Sports Glove Indonesia memberikan bantuan 250 tangki air bersih. (har/gun/iwa/rg)