RADAR JOGJA – Tanoto Foundation melatih 180 orang fasilitator pendidikan yang terdiri dari guru, dosen LPTK, kepala sekolah, perwakilan balai diklat keagamaan dan pengawas sekolah dari Jawa Tengah dan Kalimantan Timur, melalui program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR). Bertempat di Hotel Melia Purosani Jogjakarta, pelatihan diadakan sejak 11-14 September. Disertai praktik di SMP N 1 Jogja.
“Kami pilih di sini karena pelatihannya gabungan dari Kaltim dan Jawa Tengah, nah Jogja ini tengah-tengahnya, tapi banyak fasilitator kami berasal dari Jogja,” jelas Wakil Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation M Ari Widowati saat ditemui di sela praktek pelatihan di SMP N 1 Jogja, Jumat (11/9).
Ari menjelaskan, pelatihan ini berfokus pada kekhasan karakter mata pelajaran dan bertujuan untuk menghasilkan generasi penulis dan penemu. “Apa yang kami lakukan merupakan satu seri dari siklus kegiatan, setelah tahun 2018 meluncurkan Modul I, diterapkan di kabupaten-kabupaten, tahun ini masuk ke modul dua,” ujarnya.
Jika Modul I berfokus pada pedagogik, berpikir tingkat tinggi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan sekolah, Modul II tahun ini fokus pada mata pelajarannya. Membantu para guru untuk mengasah kemampuan khusus di tiap pelajaran.
Pada Modul II ini juga dikembangkan materi pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berfokus pada transparansi dan akuntabilitas manajemen sekolah, supervisi pembelajaran, dan pengelolaan budaya baca.
Modul II ini akan diterapkan kepada 448 fasilitator daerah yang tersebar di lima provinsi. Di antaranya Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Selanjutnya, fasilitator daerah tersebut akan melatih kembali serta mendampingi 440 sekolah dan madrasah mitra.
“Kami ingin bisa jadi mitra pemerintah utk untuk memberikan input. Modul akan diserahkan ke pemerintah untuk bisa dipakai, diintegrasikan,” katanya.
Sementara itu Kepala Pelatihan Sekolah dan Guru Program PINTAR Tanoto Foundation Ujang Sukandi, dalam Modul II, guru akan dilatih mengajar yang sesuai kekhasan karakter mata pelajaran (mapel). Karena mapel memiliki karakter keterampilan dan proses tersendiri yang perlu dilatihkan secara berkelanjutan kepada siswa.
Misalnya, dalam pembelajaran matematika yang berciri melatihkan siswa keterampilan matematika seperti penalaran, pembuktian, representasi, koneksi, komunikasi dan proses: penyelidikan, penemuan, dan pemecahan masalah.
“Jadi dalam belajar matematika, siswa tidak hanya diberikan rumus, tetapi kita akan mendorong dan memfasilitasi siswa untuk menemukan rumus tersebut,” kata Ujang.
Communications Manager – Basic Education Program Tanoto Foundation Anwar Kholil menambahkan, pelatihan ini bertujuan agar guru dapat mendorong anak menggunakan sistem berfikir tingkat tinggi, melakukan percobaan, wawancara, dan interaksi kelompok kecil. Sehingga dapat menemukan gagasan-gagasan baru melalui kemampuan analisa yang dibangun.
“Anak di kelas diberikan kesempatan mempresentasikan apa yang dipelajari dan dipraktekkan, kalau dibiasakan, kita akan punya generasi yang terbiasa memecahkan masalah,” ungkapnya.
Saat ini Tanoto Foundation telah menjangkau 1.465 sekolah dan madrasah, 9.647 kepala sekolah, guru, pengawas, dan komite sekolah dan telah memberi manfaat untuk 398.000 siswa. (tif)