Setiap manusia memiliki jalan hidup masing-masing. Tingkat kesulitan juga beragam, tinggal bagaimana menyikapi. Kisah keluarga penyandang disabilitas warga Karangmojo, Gunungkidul, ini bisa menjadi referensi bagaimana tetap bisa bahagia di tengah himpitan masalah.

GUNAWAN, Gunungkidul, Radar Jogja

DIKI Ardiansyah, 13, murid Sekolah Dasar (SD) Candi Baru 2, Kecamatan Karangmojo. Dia tercatat sebagai warga Desa Candi, anak dari Sugianto. Tinggal bersama keluarga penyandang disabilitas, karena sang ayah tunawicara. Sementara ibu kandungnya tidak tinggal bersama keluarga itu.

Walau hidup dalam keterbatasan, mereka tetap berusaha menunjukkan semangat luar biasa. Biaya sekolah Diki diperoleh ayahnya dari hasil buruh bangunan. Sang ayah setiap hari membekali Diki dengan uang saku Rp 4000.

Begitulah sepenggal cerita hidup yang diceritakan Diki saat ditemui di sela kegiatan belajar mengajar (KBM), Rabu (25/9). Menurutnya, walau menderita kelainan pada kedua bola mata, Diki tidak mau bermalas-malasan menuntut ilmu.

“Jarak pandang tidak terlalu jauh. Kalau terkena sinar matahari, mata terasa gatal,” kata Diki yang kemarin sedang menjalani ujian tengah semester (UTS).

Di samping itu tubuhnya terlihat tidak berisi jika dibanding dengan anak sebaya di sekolahnya. Kemudian dalam setiap percakapan, sering terlihat menggosok mata dan mengalihkan pandangan.

“Walau tidak sehat, saya bercita-cita menjadi pebulutangkis. Bulutangkis adalah olahraga kesukaan saya. Sebenarnya penyakit mata ini mengganggu dan berharap segera sembuh,” ucapnya.

Sementara itu, guru olahraga SD Candi Baru 2 Setyo Budi Ardiyanto mengungkapkan, dibanding teman-temannya, Diki lebih unggul dalam mata pelajaran olahraga. Namun dalam mata pelajaran lain sedikit tertinggal.

“Mungkin Diki tertinggal karena kondisi kesulitan dalam melihat,” katanya.

Oleh sebab itu, untuk mendorong kemampuan si anak dalam mengikuti KBM, guru mempunyai inisiatif memberikan tempat duduk di depan. Disinggung mengenai kesehatan Diki, menurutnya, dinas pernah bekerjasama dengan rumah sakit khusus mata. Hasil pengecekan diketahui ada kerusakan pada cincin mata kanan dan kiri.

“Sebenarnya Diki bisa langsung berobat karena sudah terkover Kartu Indonesia Sehat (KIS), dengan catatan harus ada surat rujukan dari puskesmas atau RSUD,” ujarnya.

Namun demikian, dia tidak tahu kenapa dari keluarga besar belum juga menindaklanjuti dengan surat rujukan. Pihak sekolah selama ini juga sudah berupaya memberikan bantuan dan dukungan sesuai dengan kemampuan.

“Hasil pemeriksaan dokter, penyakit mata yang dialami Diki memang harus segera ditangani agar tidak semakin parah,” ungkapnya. (laz)