PUBLIC RELATIONS (PR) adalah proses komunikasi dua arah yang bertujuan mencapai opini publik sesuai dengan keinginan perusahaan/organisasi, terciptanya kepercayaan di masyarakat karena adanya saling pengertian antara perusahaan/organisasi dengan publiknya, dan menumbuhkan citra positif di masyarakat maupun partisipasi publik.
Thomas L Friedman dalam The World is Flat membagi globalisasi ke dalam 3 tahapan yaitu globalisasi 1.0, globalisasi 2.0 dan globalisasi 3.0. Sekarang ini kita telah memasuki era globalisasi 3.0, saat kehidupan manusia dikelilingi oleh teknologi digital. Semua manusia saling terhubung dengan adanya internet sebagai mana dikutip dari New York Times. Apalagi dengan munculnya email dan media sosial seperti sekarang ini, kita dapat mengirim surat melalui email secara cepat, kita bisa menyebarkan informasi kepada khalayak melalui twitter dan instagram, kita juga bisa mengirimkan kabar dengan keluarga melalui video call di line ataupun whatsapp, dan sebagainya. Semua seakan terhubung tanpa ada batasan waktu maupun jarak.
Pada era digital ini, semua serba mudah dan tidak ada batasannya. Kita bisa mengerjakan apapun secara konsistensi. Bahkan sekarang ini ada banyak sekali event yang tidak mengharuskan pesertanya untuk dating ke tempat. Hanya dengan media online, mereka bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah. Bahkan sekarang ini ada banyak sekali kursus online yang bisa kita ikuti. Bahkan ada beberapa universitas yang menyediakan fasilitas kuliah online. Mahasiswa tidak perlu berkumpul di suatu kelas mendengarkan penjelasan dosen. Mereka hanya perlu mengakses internet dan suatu sistem informasi agar mereka bisa bercengkrama layaknya suatu kelas perkuliahan. Jika ingin melakukan diskusi, kita bisa manfaatkan Google Hangout. Di bidang ekonomi dan perbankan, kita bisa menggunakan Virtual Account untuk melakukan pembayaran. Semua serba mudah, simpel dan tanpa harus melakukan konfirmasi pembayaran.
Mengelola informasi dari internal perusahaan kepada masyarakat, merupakan bentuk informasi yang disampaikan tak hanya bersifat lisan, tetapi juga tulisan. Oleh karena itu, kemampuan menulis mutlak harus dimiliki oleh seorang PR. Kemampuan menulis ini, diperlukan untuk menyusun siaran pers (press release) untuk disebarkan kepada media. Siaran pers tentunya harus dibuat dengan gaya tulisan yang baik, sudut pandang yang cerdas dan tak hanya bersifat mempromosikan perusahaan sesuai dengan citra positif perusahaan yang ingin ditunjukkan kepada masyarakat melalui media.
Demi mengikuti perkembangan zaman, seorang PR wajib mengetahui cara mengelola media sosial dengan baik. Mau tak mau hal ini harus dilakukan, mengingat citra perusahaan juga tercermin dari aktivitasnya di media sosial. Mulai dari memastikan agar strategi publikasi perusahaan sukses menarik perhatian masyarakat secara positif, hingga menjaga agar informasi yang disampaikan tidak menimbulkan masalah. Karena kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal dan mencoreng citra perusahaan/organisasi.
Salah satu kegunaan riset dalam pekerjaan PR adalah untuk mendukung informasi dalam bentuk siaran pers yang akan disebarkan kepada media. Kemampuan riset yang dimiliki oleh PR akan membantunya dalam menyusun pesan yang tepat sasaran, dan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu, setiap publikasi yang dilakukan oleh PR harus didasari pada riset yang mendalam. Selain untuk persiapan publikasi, riset juga perlu dilakukan seorang PR untuk mengevaluasi berbagai kegiatan yang telah dilakukan perusahaan. Salah satunya melalui pengawasan media atau media monitoring.
Setiap perusahaan memiliki risiko untuk menghadapi konflik, baik itu konflik dari dalam maupun luar perusahaan. Mengingat seorang PR berwenang untuk mengambil keputusan terkait citra perusahaan di mata publik, maka ia pun harus sigap mencari solusi setiap kali ada masalah yang muncul. Ketika memecahkan masalah, mereka pun harus menjaga pikiran dan emosinya agar tetap stabil. Tentu saja ini bukan hal yang mudah bagi seorang PR. Oleh karena itu, perusahaan/organisasi pasti sangat membutuhkan sosok PR yang memiliki kemampuan manajemen konflik yang baik untuk memastikan reputasi perusahaan tetap terjaga.
Mungkin banyak PR di luar sana yang masih merasa kesulitan dalam menjalankan profesi nya karena belum mengerti akan karakter apa yang harus mereka miliki. Karena sebuah perusahaan/organisasi tentu sangat ingin mempunyai PR berkarakter seperti di atas. Dan tentunya akan mempermudah perusahaan/organisasi tersebut dalam menghadapi masalah maupun melakukan sebuah branding. (ila)
*Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga.