RADAR JOGJA – Sosok Djaduk Ferianto sangat dekat dengan kalangan wartawan, termasuk dengan rekan-rekan di Radar Jogja. Bagi Redaktur Senior Iwa Ikhwanudin, Djaduk merupakan sosok teman yang merakyat. Meski terkenal dan sudah menjadi seniman tingkat dunia, Djaduk sama sekali tidak jadi orang yang sombong.
”Saya sebagai teman, saya agak berat ngomongnya, saya selalu teringat Djaduk adalah teman yang ringan tangan untuk membantu teman-temannya. Saya sedih, saya merasa di-limpe, pas saya tidak di Jogja dan belum bisa melayat hari ini,” ujar Iwa saat dihubungi Rabu (13/11).
Iwa menuturkan, dia dan Djaduk kerap bertemu di Pasar Legi Kotagede hanya untuk sekadar minum teh dan makan nasi kucing, sekadar ngobrol ngalor-ngidul. Tak ada kesan sombong, dia tetap membumi meski menjadi seniman yang terkenal.
”Menurut saya Djaduk adalah sosok seniman juga sedulur. Teman yang sangat enak untuk diajak paseduluran dan tak membedakan strata. Dia adalah sosok yang sangat suka bercanda. Tanggal 7 November kemarin dia menelpon saya, misuh-misuh dalam hal guyon. Itu terakhir saya kontak dengan Djaduk,” ujar Iwa via voice note.
Bagi wartawan Radar Jogja Dwi Agus, Djaduk adalah seniman yang paling sumeh di Jogjakarta. ”Setiap kali diwawancarai pasti ada waktu. Nggak pernah nolak, sesibuk apapun,” ujar Dwi yang kerap liputan seni dan budaya ini. (ila)